Kabupaten Karanganyar dan Boyolali merupakan salah satu sentra produksi hortikultura di Jawa Tengah. Komoditi holtikultura yaitu sayur-sayuran yang paling dominan dan relatif merata diusahakan oleh petani di wilayah tersebut. Di samping itu, potensi bawang putih di dua Kabupaten tersebut cukup besar dan mulai digalakkan kembali secara mandiri dan melalui program kemitraan dengan importir. Pengembangan pertanian bawang putih di Kabupaten Karanganyar terletak di Kec. Tawangmangu, Kec. Jatiyoso, Kec. Ngargoyoso dan Kec. Jenawi. Sedangkan pengembangan bawang putih di wilayah boyolali di Kec. Selo, di Desa Senden, Tarubarang, Jeruk, Selo, dan Samiran dengan total luas lahan tanam sekitar 87 hektare.
Salah satu kendala budidaya bawang putih adalah produksi umbi benih bawang putih yang memerlukan masa dormansi relatif lama yaitu 5-6 bulan. Masa dormansi yang relatif lama tersebut menyebabkan banyak petani enggan mengembangkan bisnis bibit bawang putih. Kebanyakan petani langsung menjual hasil panen bawang putih sebagai bawang konsumsi bukan sebagai bibit yang nilai ekonomisnya jauh lebih tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan stok bibit bawang putih lokal berkualitas menjadi langka saat musim tanam tiba, sehingga tidak sedikit petani bawang butih kesulitan mendapatkan bibit yang berkualitas. Selain itu, lokasi penanaman bawang putih dengan topografi daerah pegunungan menyebabkan seringnya awan dan kabut frost turun ke lahan, sehingga intersitas penyinaran matahari menjadi berkurang. Hal ini tentu akan mengganggu proses fotosintesa tanaman tidak optimal yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif pada tanaman yang akan berdampak pada pertumuhan umbi tidak maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk dilakukan pelatihan tentang teknis budidaya pertanian yang baik Good Agricultural Practices (GAP) dan inovasi teknologi ramah lingkungan untuk peningkatan produktivitas bawang putih. kegiatan tersebut sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petani dalam penerapan GAP dan adaptasi terhadap teknologi untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani.
II. TUJUAN KEGIATAN
a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta mengenai manajemen bertani yang baik (Good Agricultural Practices).
b. Meningkatkan kemampuan manajerial dalam usaha produksi pertanian yang ramah lingkungan, aman dan berkualitas.
c. Meningkatkan kesadaran petani untuk mulai mengimplementasikan cara bertani yang baik melalui teknik Good Agricultural Practices.
d. Meningkatkan kesadaran petani terkait dengan pentingnya keamanan pangan, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan peningkatan daya saing.
e. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani untuk mengembangkan bibit yang berkualitas.
f. Meningkatkan efisiensi waktu pembibitan bawang putih.
g. Memberikan motivasi kepada petani bawang putih untuk kembali mengembangkan komoditas bawang putih yang lebih berkualitas.