Pengembangan Pertanian Lahan Gambut

Penerapan Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lahan Gambut untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sering, Kec. Kerinci, Kab. Palalawan, Propinsi Riau.

Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat petani di kawasan lahan gambut di Desa Sering adalah salah satu upaya pendekatan yang dilakukan oleh PKHT IPB bekerjasama dengan pihak CD RAPP, Riau. Upaya ini sebagai bentuk atau wadah transfer teknologi terapan secara langsung. Pengembangan pertanian komoditi hortikultura dilahan gambut masih bersifat subsistem dengan komoditi tertentu saja. Pengembangan tanaman hortikultura spesifik gambut di Desa Sering dilakukan dalam bentuk Demplot Area. Hasil pengembangan pilot demplot ini akan menjadi acuan para petani disekitar lokasi untuk mengembangkan lebih lanjut kegiatan budidaya dan agribisnisnya.

Kegiatan teknis yang sudah dilakukan adalah (1). Evaluasi dan uji coba tanaman potensial lainnya hasil kajian tahun pertama. Jenis tanaman lain yang dikembangkan selain tanaman pokok yang direncanakan tahun pertama adalah bawang merah dan penaman papaya tahap II (2). Kajian induksi pembungaan nenas untuk waktu panen dan keseragaman, (3). Pelatihan dan pendampingan kegiatan budidaya tanaman papaya cabe, bawang merah dan seleksi pohon papaya, (4). Menyusun draft budiadaya teknis (draft SOP spesifik lahan gambut) serta (5). Pengembangan kelembagaan kelompok Tani melalui pembentukan kelompok tani.

Pengembangan Kentang

Pengembangan Varietas Kentang untuk Produk Olahan dan Industri

Tanaman kentang dapat digunakan sebagai penunjang program diversifikasi pangan dalam usaha pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Kentang dapat dijadikan berbagai macam produk olahan atau industri seperti keripik, kentang goreng, puree, dan tepung sehingga kebutuhan kentang diperkirakan akan terus meningkat. Tingginya permintaan kentang dapat dijadikan peluang bagi pengusaha agribisnis kentang dan industri berbahan baku kentang. Produktivitas kentang nasional masih rendah yaitu < 20 ton/ha. Rendahnya produktivitas kentang nasional antara lain: (1) degradasi lahan karena penanaman kentang secara terus menerus, sehingga daya dukung lahan semakin menurun, (2) terjadinya perubahan iklim yang yang menyebabkan teknologi budidaya yang biasa dilakukan menjadi kurang optimal (3) kehilangan hasil akibat peningkatan serangan hama dan penyakit, (4) keterbatasan varietas unggul yang dapat ditanam, dan (5) rendahnya mutu benih yang digunakan petani.

Pengembangan varietas kentang perlu dilakukan untuk memperoleh varietas unggul kentang yang mampu berproduksi tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan kentang termasuk untuk produk olahan dan industri. Varietas unggul tersebut dapat dilakukan dengan cara penyeleksian varietas-varietas lokal atau yang telah dibudidayakan. Hasil seleksi dapat diusulkan dan dibudidayakan secara luas oleh para petani atau pelaku agribisnis kentang. Dengan adanya varietas unggul kentang yang diusulkan diharapkan dapat menunjang peningkatan produktivitas kentang sehingga dapat memenuhi kebutuhan kentang nasional.

Pengembangan Varietas dan Teknologi

Pengembangan Varietas dan Teknologi Sayuran Utama dan Indigenous untuk Mendukung Ketahanan Pangan

Upaya peningkatan supply hortikultura nasional memerlukan pengembangan teknologi yaitu varietas unggul dan teknologi produksi yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil serta dukungan teknologi pasca panen dan sistem pemasaran yang efisien. Perlu upaya yang fokus dengan pendekatan menyeluruh mulai dari pengembangan varietas baru, teknologi produksi lapang, teknologi pasca panen dan pengolahan hingga diseminasi ke petani dan pemasaran.  Hasil-hasil yang dicapai melalui kegiatan ini memiliki manfaat antara lain: (1) Varietas sayuran yang adaptif pada lahan sub optimal menyebabkan berkurangnya eksploitasi lahan konservasi (dataran tinggi) sehingga kualitas lingkungan dapat  terjaga; (2) Teknologi produksi yang dapat mendukung pertumbuhan, produktivitas dan kualitas hasil sayur sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat; (3) Teknologi pasca panen yang dikembangkan akan dapat memperpanjang shelf life dan mendukung suplai chain sehingga dapat menjaga stabilitas harga dan kontinuitas suplai; (4) Teknologi pengolahan akan meningkatkan nilai tambah bagi produk yang dikembangkan; (5) Pembangunan ekonomi akan bergerak dengan paradigma ekonomi kerakyatan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari dan pemberdayaan potensi masyarakat pedesaan.

Lingkup kegiatan dan metode yang digunakan adalah: (1) Pengembangan varietas unggul dikembangkan melalui serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman mulai dari eksplorasi, karakterisasi, hibridisasi, seleksi, evaluasi, dan uji multilokasi. Calon varietas yang diperoleh selanjutnya diperbanyak setelah sebelumnya didaftarkan ke Kantor PVTPP untuk mendapatkan ijin edar. (2) Perbanyakan benih akan dilakukan bekerjasama dengan mitra industri benih. (3) Pengembangan teknologi budidaya merupakan optimasi dari paket-paket teknologi yang sudah ada berdasarkan kondisi aktual wilayah pengembangan. Teknologi budidaya tersebut antara lain meliputi teknik persiapan lahan dan pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, pengelolaan tanaman dan buah, serta pengendalian hama dan penyakit. (4) Pengembangan teknologi pasca panen meliputi teknik untuk memperpanjang masa simpan dan teknologi pengolahan yang dilakukan dengan modifikasi alat dan optimasi lingkungan (suhu, waktu, kelembaban) dalam proses pasca panen. (5) Diseminasi/difusi hasil riset dilakukan melalui sosialisasi, publikasi, promosi, dan uji terap untuk mendekatkan produk (varietas, teknologi) ke pengguna (konsumen, petani, pasar). Kegiatan diseminasi dilakukan dengan pendekatan kelembagaan yang melibatkan empat komponen ABGC yaitu akademisi (academics), industri (business), pemerintah (government), dan masyarakat (community).

Varietas ANIES, cabai besar yang pedas.  Sudah dilepas sebagai varietas unggul berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 008/Kpts/SR.120/D.2.7/2/2015

Varietas TORA, tomat besar yang tahan terhadap pecah buah. Sudah melalui uji kebenaran dan keunggulan varietas. Sudah dilepas sebagai varietas unggul berdasarkan SK Menteri Pertanian No : 084/Kpts/SR.120/D.2.7/7/2015

Beberapa genoptipe hasil persilangan

Pengembangan Sayuran Indigenous

Peningkatan Produksi Sayuran Indigenous (Cabai Lokal, Terong Lalab, dan Sayuran Daun) melalui Perakitan Varietas Unggul dan Teknologi Produksi dalam Rangka Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Suboptimal dan Antisipasi Perubahan Iklim

Sayuran indigenous merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Namun saat ini perhatian terhadap sayuran indigenous nasional masih sangat kurang, bahkan cenderung ditinggalkan. Akibatnya keberadaan sayuran indigenous ini kurang dikenal dan sebagian mulai terancam kepunahan. Selain itu, dari sisi suplai untuk memenuhi permintaan sayuran, Indonesia masih mengimpor produk sayuran dengan laju peningkatan rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar 14,97%. Produksi penyediaan sayuran menghadapi tantangan berupa penurunan daya dukung lahan dan anomali cuaca akibat perubahan iklim global.

Kegiatan penelitian ini mencakup: (1) pengembangan varietas yang adaptif pada lahan suboptimal, (2) pengembangan teknologi produksi lapang, (3) produksi benih varietas unggul, (4) kajian khasiat (metabolit sekunder), dan (5) diseminasi ke petani di daerah target pengembangan. Penyediaan varietas ini akan memperluas ketersediaan lahan produksi melalui penggunaan dan pemanfaatan lahan suboptimal yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi sayuran nasional. Pengembangan varietas dimulai dengan koleksi plasma nutfah yang dilanjutkan dengan karakterisasi, seleksi, hibridisasi, dan pengujian lapangan. Telah dihasilkan 10 aksesi Kemangi, 7 aksesi Kenikir dan 3 aksesi poh pohan yang potensial untuk dikembangkan menjadi varieta baru. Sementara itu dilakukan saat ini sedang seleksi calon varietas cabe local dan terong. Teknologi produksi benih saat ini juga sedang dilakukan percobaan lapang terhadap beberapa aksesi kemangi, kenikir dan poh-pohan. Perbanyakan bibit melalui kultur jaringan juga sedang dikerjakan, demikian juga analisis kandungan metabolit sekunder.

Asesi cabai lokal, terong lalap, kemangi, kenikir, ginseng jawa, kelor dan kecipir di kebun PKHT IPB Tajur Bogor

Cabai rawit hasil persilangan 321//295/285 –  calon varietas yang segera akan dilakukan uji multilokasi

Karakterisasi beberapa genotip terong