Teknologi Mikroba Intensif untuk Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman Cabai

Teknologi microbe-intensive diterapkan pada fase pembibitan dan fase penanaman di lapangan.  Saat ini, penerapan teknologi pada fase pembibitan telah selesai dilaksanakan dan penerapan teknologi di lapangan sudah pada umur tanaman 70 hari setelah tanam.  Pengamatan pada persemaian cabai menunjukkan bahwa teknologi microbe-intensive dapat mempercepat dan meningkatkan persentase benih berkecambah, meningkatkan keseragaman perkecambahan benih, meningkatkan pertumbuhan bibit, dan mengurangi penyakit rebah kecambah.  Tanaman yang diberi perlakuan microbe-intensive di pembibitan dan di lapangan mempunyai jumlah cabang paling banyak.  Hal ini menunjukkan bahwa tanaman cabai dengan perlakuan microbe-intensive di pembibitan dan di lapangan memiliki potensi produksi yang lebih baik dari perlakuan lainnya.  Pengamatan serangan penyakit di lapangan menunjukkan bahwa perlakuan microbe-intensive memberikan hasil yang sama baiknya dengan perlakuan konvensional menggunakan pestisida sintetis.  Oleh karena itu, penggunaan microbe-intensive dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis.

Pengaruh teknologi microbe-intensive dalam meningkatkan perkecambahan benih ini disebabkan oleh kemampuan dari mikroba tersebut untuk menghasilkan berbagai zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan tanaman seperti auxin [1] atau memacu pembentukan gibberellin di dalam biji yang akan memacu perkecambahan [2].  Pengaruh PGPR dalam meningkatkan perkecambahan benih telah dibuktikan juga pada beberapa tanaman seperti jagung [2], sorgum [3], gandum [4], dan bunga matahari [5].  Meningkatnya jumlah benih yang berkecambah dapat menurunkan jumlah benih yang disemai sehingga akan mengurangi biaya produksi.

Pengembangan Pepaya True To Type Koleksi Pkht Lppm Ipb Melalui Protokol Perbanyakan Klonal Secara Teknologi Konvensional Dan Kultur Jaringan

Permasalahan budidaya tanaman pepaya seperti varietas Callina yaitu sulitnya mendapatkan tanaman pepaya true to type dan menentukan jenis kelamin asal biji pada fase bibit karena tingginya keragaman fenotipe dalam populasi, antar populasi serta antar generasi. Hal seperti ini juga dialami oleh BPTP Provinsi Kalimantan Barat dalam perbanyakan pepaya tipe hawaii secara generatif di Kebun Percobaan Sei Kakap. Keragaman fenotipe dapat dikurangi melalui perbanyakan klonal dari tanaman hermaprodit melalui in vitro maupun ex vivo. Perbanyakan tanaman secara in vitro diawali dengan proses sterilisasi eksplan yaitu merendam eksplan dalam NaOCl bertingkat yaitu 30% selama 5 menit, 15% selama 15 menit dan 5% selama 5 menit, dilanjutkan merendam dalam antibiotic Rifampicin 450 g/l dalam 200 ml aquadest steril selama 15 menit dapat mengurangi kontaminasi hingga mencapai 70%. Inisiasi tunas aksilar pepaya Caliso, Callina dan Sukma dilakukan pada media MS dengan menambahkan 1.0 mg/l BA + 0.05 mg/l NAA. Varietas Caliso adalah varietas tercepat dalam munculnya tunas yaitu pada umur 6 hari setelah tanam eksplan (HST) sebanyak 6 tunas per eksplan, sedangkan tunas lateral in vitro varietas Sukma muncul setelah 13 HST dengan 2 buah tunas per eksplan, dan pada varietas Callina tunas lateral muncul pada 8 HST sebanyak 2 tunas per eksplan. Kalus embriogenik pada  perbanyakan embrio somatik pepaya Callina memiliki ciri struktur kalus remah transparan, berair dan kekuningan pada penggunaan media dasar MS dengan perlakuan 2,4-D 9.05 μM + 30 g/l glukosa dan 2,4-D 22.6 μM + 30 g/l glukosa. Kalus embrio somatik pepaya varietas Callina membentuk tahap kotiledon (cotyledonary shape) pada umur 3 bulan setelah inisiasi dengan menggunakan media 2,4-D 5 mg L-1 dan gula 30 g L-1. Perbanyakan klonal juga dapat dilakukan dengan pembiakan vegetative konvensional melalui penyambungan (grafting). Persentase keberhasilan penyambungan untuk batang atas Callina dan batang bawah tipe papaya liar liar (CL) mencapai 57.04-95.56%, keberhasilan sambungan batang atas Callina dengan batang bawah Sukma (CB) mencapai 53.97-80.16%, dan batang atas Callina dengan batang bawah pepaya Dieng (CD) mencapai 8.33-72.22%. Tunas Agro Mandiri Bogor merupakan salah satu penangkar benih yang melakukan perbanyakan pepaya secara grafting. Informasi teknologi perbanyakan bibit pepaya baik secara in vitro maupun ex vitro merupakan teknologi yang dapat diterapkan di tingkat petani untuk meningkatkan produksi tanaman pepaya true to type.

Pengembangan Varietas Cabai Rawit Merah Tahan Anomali Iklim Berbasis Sumber Daya Lokal

Cabai rawit merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki periode panen yang panjang sehingga sangat rentan terhadap anomali iklim. Adanya perubahan iklim yang sangat drastis misalnya curah hujan yang berlebih menyebabkan tanaman cabai rawit merah di sentra produksi Jawa Timur banyak yang busuk, sehingga produksi menurun. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya pasokan cabai nasional. Akibat rendahnya pasokan menyebabkan harga cabai rawit merah melambung tinggi yaitu Rp 170.000/kg di Pasar Jakarta. Untuk mengatasi permasalahan produksi cabai rawit merah yang rentan terhadap perubahan anomali iklim dan menjaga kestabilan produksi dan harga maka perlu dilakukan kegiatan pengembangan varietas cabai rawit merah dengan periode panen pendek untuk antisipasi anomali iklim.

Pada rangkaian penelitian sebelumnya PKHT-IPB telah mengumpulkan dan mengkarakterisasi beberapa koleksi plasma nutfah cabai rawit merah termasuk genotipe-genotipe lokal. Genotipe lokal memiliki keunggulan diantaranya, memiliki periode panen yang pendek dan mampu menyesuaikan dengan kondisi ekstrem. Beberapa koleksi tersebut sudah dievaluasi dan di karakterisasi. Diantara koleksi tersebut ada yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi varietas yang mempunyai periode panen pendek dan beradaptasi terhadap anomali iklim. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi cabai rawit merah di Indonesia. Penelitian ini terdiri atas beberapa percobaan, yaitu: (1) Penyediaan berkelanjutan sumberdaya genetik potensial; (2) Pengujian calon varietas unggul potensial (3) perakitan varietas dan (4) pendaftaran komersial varietas tanaman.  Target TKT yang akan dicapai pada akhir tahun penelitian adalah 4.  Kemajuan penelitian sampai November  2019 adalah telah dilakukan penanaman dan peremajaan sebanyak 44 koleksi plasma nutfaf cabai rawit.  Saat ini juga sedang dilakukan pengujian keunggulan salah satu calon varietas yang berpotensi dikembangkan sebagai varietas unggul.   Perakitan varietas baru cabai rawit.  Perakitan varietas dilakukan melalui  pendekatan yaitu: persilangan tetua potensial, mutasi untuk memperpendek periode panen dan dilanjutkan seleksi untuk mendapatkan genotipe unggul, sesuai kriteria yang dituju.

Pengembangan Varietas Nenas Unggul IPB untuk Meningkatkan Kapasitas Industri dalam Negeri dan Ekspor

Tujuan umum dari penelitian ini adalah adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas nenas di Indonesia yang berdaya saing sehingga industri nenas semakin berkembang. Peningkatan kapasitas produksi dan kualitas nenas tersebut diharapkan akan mendukung ketahanan pangan di Indonesia.  Luaran utama yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah dapat diperoleh  1 varietas nenas unggul yang sudah dilepas oleh kementerian pertanian sehingga dapat dikomersialkan. Selain itu diperoleh benih unggul varietas nenas PK-1 yang siap didesiminasikan ke masyarakat. Luaran lain dari penelitian ini adalah: 1.) Minimal 1 teknologi tepat guna perbanyakan bibit nenas PK-1; 2) Perlindungan varietas/kultivar nenas unggul dan 3) Ketersediaan benih nenas bermutu yang cocok untuk ekspor.   Komersialisasi suatu varietas tanaman terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1) pelepasan varietas, 2) pengenalan pasar;3) perbanyakan varietas. Penelitian komersialisasi varietas nenas PK-1 dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu: 1) Pelepasan varietas, dan 2) Perbanyakan bibit bagi komersialisasi nenas PK-1 dan 3) Diseminasi benih nenas PK-1.

Pada tahun 2019  telah dilakukan kegiatan yaitu: 1) Temu lapang petani di areal demplot dan  pengembangan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Kediri; 2)   Perbanyakan massal dengan kultur Jaringan dan tunas basal daun mahkota serta cacah bonggol bekerjasama dengan kelompok tani dan perusahaan swasta; 3)  Penyempurnaan Teknologi tepat guna Teknik Perbanyakan bibit nenas dan pembuatan buku ajar dan 4)  Pelatihan penanganan pasca panen segar dan olahan nenas.  Pada tahun 2019 juga diperoleh luaran tambahan berupa keikutsertaan dalam seminar ilmiah nasional PERAGI dengan judul makalah Pengembangan teknik perbanyakan stek basal daun mahkota Nenas (Ananas comusus L.) Smooth cayenne dan seminar  PERHORTI dengan judul makalan  Pemberian Ethepon Saat Prapanen dapat Menyeragamkan Pematangan Nenas Tipe Smooth Cayenne.

Peningkatan Ketersediaan Benih Varietas Unggul Kentang Sayur dan Bahan Baku Industri untuk Mendukung Kemandirian Benih

Kegunaan dari penelitian ini adalah meningkatan ketersediaan benih dari varietas unggul kentang sayur dan bahan baku industri untuk memenuhi kebutuhan kentang nasional baik kentang untuk sayur maupun kentang untuk industri, karena kentang merupakan komoditas sayuran yang memiliki volume impor terbanyak kedua setelah bawang. Metode yang akan dilakukan mencakup: 1) pelepasan varietas kentang sayur, kentang kualitas premium, serta varietas yang sesuai dengan kriteria kentang untuk bahan baku olahan dan industri, 2) produksi benih kentang bermutu dari varietas-varietas unggul tersebut dengan skala luas sehingga dapat memenuhi kebutuhan calon petani mitra, 3) diseminasi ke petani dan konsumen melalui kontrak kerjasama dengan industri, 4) pengembangan SOP produksi benih kentang yang baik, 5) pengembangan demplot kentang dari varietas kentang yang telah didaftarkan.

Pada tahun pertama kegiatan uji multilokasi (Zulkarnaen et al, 2017; Purwito et al., 2017) dalam rangka pendeskripsian dan pelepasan varietas tanaman telah dilakukan (Gambar 4.1). Pendaftaran varietas tanaman telah dilakukan dengan nama Katineung (Nomor: 504/PVHP/2017)  dan Kagawa (Nomor: 505/PVHP/2017).  Kegiatan pada tahun 2017 difokuskan kepada kegiatan perbanyakan propagule untuk uji coba dan perbanyakan bibit.

Perbanyakan benih kentang di lapangan, Cikandang, Garut

Pada tahun ke dua dilaksanakan secara masif perbanyakan benih untuk diseminasi. Uji coba kualitas kentang baik untuk kebutuhan sayur dan produk olahan (chips) (Harahap et.al, 2017) juga telah dilakukan. Selain itu pada tahun ke dua dilakukan penyempurnaan Standar Operasional Prosedur (SOP) produksi benih kentang diantaranya perbanyakan benih dengan implementasi teknologi percepatan produksi benih seperti perlakukan jarak tanam dan jenis propagule (Neni et al., 2018; Azhari dan Maharijaya, 2019).

Adapun kegiatan yang dilakukan pada ketiga meliputi penyusunan dokumen kelayakan dan model bisnis. Di tahun ketiga penelitian ini mencapai tingkat kesiapterapan teknologi (TKT) nomor 9 yaitu teknologi benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian (Maharijaya et. al, submitted). Indikator-indikator yang dipenuhi yaitu, konsep penerapan teknologi produksi kentang baik untuk sayur maupun olahan benar-benar dapat diterapkan, perkiraan investasi teknologi untuk melakukan produksi telah dibuat, tidak ada perubahan desain yang signifikan karena teknologi telah teruji pada lingkungan sebenarnya. Teknologi yang diterapkan baik dari SOP dan varietas telah memenuhi sertifikasi yang dibutuhkan dan semua dokumentasi telah lengkap.

Pengembangan Melon

PENGEMBANGAN VARIETAS MELON DALAM RANGKA PENINGKATAN DAYASAING PRODUK HORTIKULTURA INDONESIA

Kegiatan Pengembangan Varietas Melon dalam Rangka Peningkatan Dayasaing Produk Hortikultura Indonesia merupakan kegiatan lanjutan dari rangkaian penelitian pengembangan melon hibrida unggulan IPB yang sudah dimulai sejak tahun 2000 sampai sekarang.

Hingga 2010 telah dikomersialkan dua varietas melon hibrida unggul, yaitu Sunrise Meta dan Orange Meta. Namun untuk mengantisipasi perubahan selera konsumen yang selalu berkembang, pengembangan varietas hibrida unggul lainnya masih perlu dilakukan. Pengembangan varietas melon hibrida unggul juga untuk mengantisipasi masuknya  varietas-varietas baru dari luar negeri. Dengan demikian, varietas melon hibrida unggul rakitan dalam negeri akan mengurangi ketergantungan petani terhadap benih melon impor.

Keragaman buah dari beberapa genotipe melon yang dievaluasi.

Penampilan buah dari empat genotipe melon IPB baru: (a) Melon IPB Meta-3, (b) Melon IPB Meta-4, (c) Melon IPB Meta-6, (d) salah satu tetua dari Melon IPB-8H.

Penelitian ini menghasilkan empat genotipe melon IPB potensial, yang terdiri dari tiga genotipe bersari bebas yaitu IPB Meta-1, IPB Meta-2, dan IPB-Meta-6, serta satu hibrida (IPB Meta-8H).  Keempat genotipe tersebut diuji pada musim tanam kedua di Tajur dan Purwakarta.  Dari hasil evaluasi di Tajur, diketahui bahwa tiga dari empat genotipe melon PKHT yang diuji, yaitu IPB Meta-3, IPB Meta-4, dan IPB Meta 8H sudah memiliki penampilan luar buah yang seragam. IPB Meta-3 dan IPB Meta-4 direncanakan akan diproses pendaftarannya di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, Kementerian Pertanian RI.