KACANG GUDE (Cajanus cajan (L) Mill sp)

   

Nama Umum :

Kacang yang di Inggris dikenal dengan nama Pigeon pea ini memiliki banyak nama local di Indonesia, yaitu kacang hiris (Sunda), kacang bali, ritiklias (Sumatera), kacang gude, gude, kacang kayu (Jawa), kance (Bugis), kacang kaju (Madura), kekace, undis (Bali), lebui, legui, kacang iris, kacang turis, puwe jai (Halmahera), dan fou hate (Ternate, Tidore)

Deskripsi :

Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tingginya dapat mencapai 3 m. Batangnya berbulu halus dan bercabang banyak. Daunnya adalah daun ganda yang terdiri dari riga anak daun yang juga berbulu halus baik pada bagian bawah maupun atas. Bunganya berwarna kuning, jingga atau kecokelat-cokelatan. Bijinya kecil dan warna kulitnya bermacam-macam. Buahnya berbentuk polong dengan panjangnya dapat mencapai 7.5 cm

Kegunaan :

Polongnya dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Polong muda dapat langsung digoreng, sedangkan polong tua dapat dipanggang atau dibuat tempe. Polong kacang gude juga dijadikan sebagai obat memar. Selain polongya, daun dan akarnya tanaman ini juga dapat digunakan sebagai obat penyakit kuning, cacingan, dan batuk.

Budidaya :

Kacang gude padat tumbuh pada ketinggian 0 – 1800 m dpl, pH tanah 5 – 7, pada suhu 18 – 30°C. Tanaman ini cukup toleran terhadap kekeringan. Penanaman dilakukan dengan benih dengan jarak tanam 40 x 30 cm. Pemberian unsur S dapat meningkatkan hasil panen. Sebenarnya tanaman dapat menghasilkan sampai 3 – 5 tahun, namun hasilnya akan lebi kecil dibandingkan panen tahun pertama.Tanaman sudah mulai berbungan pada umur 100 hari, tergantung varietas yang digunakan

GINSENG JAWA (Thalinum sp.)


Nama umum : Ulam raja (Melayu), kenikir (jawa tengah), pelampong (Malaysia)

Deskripsi :

Herba, semak. Batangnya jarang berkayu, bulat, halus, dan berwarna hijau coklat. Umumnya banyak mengandung sel-sel lender pada batang dan daun.

Kegunaan :

Kandungan kimia terutama saponin, flavonoid, tamin dan steroid (Kalium 41,44 %, Natrium 10,03 %, Kalsium 2,21 %, Magnesium 5,50 % dan Besi 0,32 %). Akarnya dapat digunakan sebagai tonikum, aphrodisiac/obat kuat, batuk-batuk, radang paru-paru, diare, haid tidak teratur, keputihan dan dapat memperbanyak ASI. Sedangkan daun segarnya dapat dipergunakan sebagai lalapan, sayur tumis, memperlancar ASI, untuk obat bisul dan pembengkakan (anti radang).

Budidaya :

Tanaman ginseng jawa dapat tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.250 m diatas permukaan laut. Dengan curah hujan 2.000 – 4.000 mm/tahun. Jenis tanah yang dikhendaki adalah tanah liat berpasir, tanah berpasir dan cukup gembur/subur banyak mengandung humus atau kandungan bahan organik tinggi. Dapat tumbuh baik dengan intensitas cahaya tidak kurang 75 %.

Bahan tanaman Ginseng Jawa dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif (benih), namun lebih mudah menggunakan setek batang atau cabang yang berukuran panjang 12 cm. Bibit dari setek batang (bagian pucuk, tengah atau bawah) dapat ditanam langsung di kebun dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi. Secara generatif, dengan menggunakan benih yang berkualitas baik hasil persilangan dan atau penyerbukan sendiri. Benih disemaikan terlebih dahulu dipesemaian, setelah seminggu umumnya lebih mudah tumbuh, kemudian dapat dipindah ke pertanaman setelah 1 – 1,5 bulan. Persentase daya tumbuh benih umumnya rendah.

Penanaman Ginseng Jawa dapat dilakukan dengan menggunakan jarak tanam 50 x 40 cm. Untuk pengambilan daunnya tanaman Som Jawa dapat dipanen mulai umur 3 bulan sampai 6 bulan. Untuk pemanfaatan akar dilakukan setelah tanaman umur 7 bulan hingga lebih dari satu tahun.