Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor mengadakan “Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)” dengan mengundang narasumber dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Dr. Endang Gunawan, SP, MSi dengan materi  “Budidaya Tanaman Cabai”. Kegiatan ini diselenggarakan di Cileungsi, Ciawi.

Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor mengadakan “Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)” dengan mengundang narasumber dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Dr. Endang Gunawan, SP, MSi dengan materi  “ “Budidaya Tanaman Ketimun”. Kegiatan ini diselenggarakan di di Tajur Halang, Cijeruk.

Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor mengadakan “Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)” dengan mengundang narasumber dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Dr. Endang Gunawan, SP, MSi dengan materi  “Budidaya Tanaman Bawang Merah”. Kegiatan ini diselenggarakan di Cipayung, Megamendung.

 

Penyehatan Lahan Bawang Merah Untuk Peningkatan Produksi Umbi Di Kabupaten Demak

Pada saat ini lahan pertanian di Pulau Jawa sudah mengalami penurunan kesuburan tanah, yang dicirikan dengan rendahnya kandungan bahan organik (60% lahan <1% bahan organik), hal ini disebabkan indeks tanam yang tinggi, aplikasi pupuk an-organik tidak bijaksana, penggunaan pestisida berlebih, suhu tinggi dan kurang aplikasi bahan organik. Disisi lain pembenah tanah dapat diperoleh dari lingkungan sekitar lahan produksi, seperti misalnya bahan organik dari ternak para petani yang masih belum dioptimalkan. Dalam rangka stabilitas pasokan umbi bawang merah dan efisiensi produksi perlu dilakukan verifikasi pembenah tanah komersial dibandingkan bahan pembenah tanah lokal dan teknok budidaya petani yang sudah ada.

Upaya penyehatan lahan merupakan upaya paling efisien dan efektif dalam meningkatkan produksi bawang secara berkelanjutan. Sehingga petani akan mendapatkan pendapatan dari usaha tani secara maksimum dan tetap semangat dalam menjaga stabilitas harga bawang merah. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengembangan best practices untuk lokasi spesifik dengan melibatkan penggunaan benih yang bermutu, pupuk berimbang dan penerapan Pengendalian Hama Terpadu.

Tujuan Penelitian

Melakukan upaya penyehatan lahan bawang merah dengan aplikasi pembenah tanah yang didukung best practices spesifik lokasi yang mampu meningkatkan produksi umbi bawang merah secara efektif, efisien, dan ramah lingkungan untuk menurunkan biaya produksi dan BEP untuk menjaga harga bawang merah yang adil secara berkelanjutan.

Hasil Penelitian

Analisis tanah di lokasi kegiatan menunjukkan bahwa kandungan C-organik, P yang tersedia, N, dan K tergolong rendah, sehingga perlu aplikasi pembenah tanah. Aplikasi pembenah tanah dan agen hayati pada musim hujan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 33.7% dibandingkan perlakuan konvensional petani. Rata-rata produktivitas perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati sebesar 12.3 ton/ha, sedangkan perlakuan konvensional sebesar 9.2 ton/ha.

Analisis usahatani pada perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati dapat menurunkan biaya produksi sebesar 10%, menurunkan BEP sebesar 32.7%, dan meningkatkan keuntungan petani sebesar 138%. Biaya produksi perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati sebesar Rp 87,415,000/ha dengan BEP Rp 7,107/kg. Sedangkan biaya produksi perlakuan konvensional sebesar Rp 97,208,000/ha dengan BEP Rp 10,566/kg.

 A

B

C

Gambar 1. Sosialisasi penyehatan lahan dan best practices bawang merah di Kab. Demak. (A) kelompok tani yang mengikuti sosialisasi daring, (B) Sosialisasi luring hari ke-1, (C) sosialisasi luring hari ke-2

Gambar 2. Lampu perangkap yang digunakan di lokasi

Gambar 3. Keragaan vegetatif tanaman bawang merah (A) 13 HST, (B) 28 HST

Pembahasan Analisa Resiko Organisme Pengganggu Tumbuhan (AROPT) Komoditas Non Benih

Dalam memenuhi kebutuhan pangan negeri beberapa komoditas pertanian masih harus diimpor. Hal ini karena produksi dalam negeri yang masih terbatas atau memang produk tersebut tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Komoditas yang diimpor dapat membawa dan menjadi jalan masuk bagi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Oleh karena itu harus dilakukan analisis resiko terhadap komoditas yang akan diimpor untuk meminimalkan resiko masuknya OPT ke wilayah negara Indonesia. Analisis resiko ini menjadi salah satu pertimbangan bagi pemerintah (dalam hal ini Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian) untuk melakukan impor komoditas pertanian. Analisis resiko ini juga menjadi dasar bagi pemerintah untuk memberikan rekomendasi tindakan-tindakan yang harus dilakukan dalam melakukan impor komoditas pertanian tertentu. Rekomendasi ini ditujukan kepada importir atau negara eksportir untuk dijalankan agar komoditas yang diimpor dapat masuk ke wilayah Indonesia. Bila produk yang diimpor tidak memenuhi ketentuan yang telah direkomendasikan maka komoditas tersebut dapat diperlakukan menjadi empat, yaitu : ditolak, diberi perlakuan sesuai rekomendasi (jika tersedia), dimusnahkan, atau dikembalikan ke negara pengekspor.

Sosialisasi Pedoman Bisnis Cabai dan Bawang Merah

Sebagai upaya untuk mendukung tugas Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi komoditas volatile foods (VF), termasuk komoditas bawang merah dan cabai, Bank Indonesia mengembangkan program k!aster untuk mendorong peningkatan produktivitas dan menjaga sustainabilitas produksi komoditas VF. Sebagai tindak Ianjut penyusunan Kajian dan Pedoman Model Bisnis Komoditas Bawang Merah dan Cabal yang telah dilaksanakan pada tahun 2019 bekeria sama dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika, LPPM-IPB, Bank Indonesia meIakukan replikasi model bisnis di beberapa klaster binaan KPWDN.

Materi terkait sosialisasi pedoman bisnis bawang merah dan cabai disampaikan via zoom meeting.