Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pendanaan Inovasi Industri dan Inovasi Perguruan Tinggi

PicsArt_04-17-01.13.39

Jakarta (17/4) Wakil Rektor Bidang Inovasi, Bisnis, dan Kewirausahaan Prof. Dr. Erika Budiarti Laconi, MS bersama dengan tim start up Pusat Bibit Buah Nusantara menghadiri acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pendanaan Inovasi Industri dan Inovasi Perguruan Tinggi di Auditorium BPPT, Jakarta. Acara bertema “Mendorong Hilirisasi Inovasi Teknologi Hasil Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri serta Meningkatkan Kapasitas Industri Nasional” merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan inovasi teknologi di Indonesia.  Pusat Bibit Buah Nusantara merupakan sebuah start up industri pengembangan bibit buah tropis yang dikelola secara professional oleh PT Botani Seed Indonesia (anak perusahaan PT BLST – Holding Company milik IPB) dengan PKHT LPPM IPB. Pusat Bibit Buah Nusantara diharapkan dapat menjadi pembibitan buah terstandarisasi dengan infrastruktur yang memadai dan dapat menjadi contoh sistem perbenihan/pembibitan buah nasional.Dalam acara tersebut, juga digelar pameran produk inovasi yang difasiitasi oleh Kemenristekdikti melalui Ditjen Penguatan Inovasi. Pameran tersebut bertujuan memberikan informasi tentang perkembangan kemitraan yang telah terbangun selama ini, serta memberikan informasi kepada masyarakat, sudah sejauhmana hasil-hasil inovasi yang telah dicapai oleh para peneliti. Terdapat 11 produk dari berbagai budang antara lain pangan, energi, hankam, TIK, transportasi, material maju, bahan baku, dan kesehatan obat.

Inovasi Industri PicsArt_04-18-09.00.16

Brand Pepaya Callina

Pepaya Callina PKHT terpilih  sebagai salah satu dalam “Terobosan Inovasi Indonesia 2015” dari Kemenristekdikti dalam kategori Ketahanan Pangan.

Brand Pepaya Callina

Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya l.) merupakan salahsatu tanaman buah tropis yang populer di masyarakat. Konsumsi pepaya nasional menempati urutan kedua setelah pisang. Sumbangan varietas ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomisnya sehingga daya saing buah pepaya yang berkualitas akan meningkat dan pendapatan petani juga meningkat  serta akan mempercepat laju pembangunan pertanian khususnya di sektor buah-buahan.

Manfaat Pepaya Callina

  • Untuk konsumsi dengan daging buah pepaya yang tebal dan renyah dan keragaan tanaman yang rendah.
  • Mengembangkan buah pepaya yang memenuhi standar kualitas konsumen dan berdaya saing tinggi.
  • Meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap pepaya.
  • Mengurangi impor buah.

Keunggulan 

Teknologi

  • Tanaman bersari bebas
  • Beradaptasi luas, baik di dataran rendah tinggi

Efisiensi/Produktivitas

  • Umur genjah, dapat mulai panen pada umur 7-8 bulan setelah tanam.
  • Produktivitas tinggi dengan potensi hasil mencapai 70 kg/pohon.

P60217-094643

Field Test (Uji Lapangan) 

Pepaya Callina telah menyebar di seluruh Indonesia dan di masyarakat, dikenal sebagai Pepaya California.

Pemasaran

Lisensi produksi dan pemasaran benih telah dilakukan bersama dengan CV. Jogja Horti Lestari dan PT. Bogor Life Science Technology.

P60217-094725

Investor

Kerjasama produksi dan pemasaran benih melalui sistem lisensi

Agent-Distributor

Kerjasama pemasaran untuk agent dan distributor di seluruh Indonesia.

Lain-lain

Peningkatan kemitraan dengan stakeholders (petani produsen, pedagang, pemerintah, perguruan tinggi lain) dengan konsep Revolusi Oranye.

P60217-094714

Innovator Pepaya Callina

  1. Prof.Dr. Sriani Sujiprihati, MS
  2. Endang Gunawan, SP, MSi
  3. Kusuma Darma, SP, MSi

Peresmian “Pusat Bibit Buah Nusantara Sebagai Pilar Revolusi Oranye”

Pusat Bibit Buah Nusantara Sebagai Pilar “Revolusi Oranye” 

Subang-Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meresmikan Pusat Bibit Buah Nusantara yang merupakan pilar “Revolusi Oranye”, pada Selasa (12/12/2017) di Desa Curugrenden, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Revolusi Oranye adalah program nasional peningkatan daya saing buah nusantara dengan visi mengupayakan kemandirian konsumsi buah nasional, tidak bergantung pada impor serta menjadikan Indonesia sebagai salah satu eksportir besar buah-buahan tropis di Asia Tenggara pada tahun 2025 dan dunia pada tahun 2045.

Revolusi Oranye

Pada acara peresmian, Nasir mengharapkan bibit buah unggulan sebaiknya tidak diekspor, melainkan produk dari bibit buah saja yang diekspor. Menurutnya, jika kebanyakan ekspor, kemungkinan di tahun-tahun mendatang kita bisa menjadi importir negara lain. Nasir juga menyampaikan pentingnya standarisasi mutu bibit buah, hal ini agar konsumen di Indonesia bisa melihat buah yang baik.

“Banyak para peneliti kita yang menahan hasil penelitiannya agar tidak ditiru orang lain, inovasi yang tidak dikormesialisasikan, itu kurang bagus,” ungkap Nasir.

Senada dengan Menristekdikti, Rektor IPB Herry Suhardiyanto memiliki keyakinan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara exportir buah-buahan berkualitas. “ Jika kita bisa menghasilkan buah tropika asal nusantara, kemungkinan besar kedepannya kita akan menjadi eksportir yang berkualitas,” ujar Herry.

Pada kesempatan yang sama Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe mengatakan bentuk skema pendanaan Inovasi Perguruan Tinggi di industri ini adalah ‘Teaching Industry (Pembelajaran Berorientasi Industri), yang merupakan tempat pengembangan produk-produk inovasi dalam skala terbatas, dan sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembelajaran tentang proses industrialisasi bagi para dosen, mahasiswa dan masyarakat.

“Untuk itu, Teaching Industry ini diharapkan dapat mendekatkan aktivitas belajar-mengajar pada pendidikan tinggi dengan kegiatan atau praktek yang biasa dilakukan di industry,” tutur Jumain Appe.

Ke depannya, di lokasi Pusat Bibit Buah Nusantara selain dikembangkan sebagai lokasi program ‘teaching industry’ dan berbagai bentuk pelatihan, juga akan dikembangkan lebih lanjut dan lebih luas menjadi ‘Fruit Paradise’ yang merupakan percontohan Orchard buah varietas unggul nasional, dan wahana ‘eduagrotourism’ berupa wisata pendidikan, pertanian dan umum.

Revolusi Oranye memiliki misi secara konsisten dan terus menerus memproduksi dan menyediakan produk buah nusantara yang berkualitas tinggi, memiliki nilai tambah dan kompetitif untuk pasar domestik dan internasional. Berdasarkan hasil riset strategis pengembangan buah unggulan nasional, Tim Kerja Revolusi Oranye menyimpulkan paling tidak ada 6 pilar yang harus dikuatkan untuk mencapai visi dan misi Revolusi Oranye, antara lain:

(1) Adanya Varietas Buah Unggul yang sesuai dengan Preferensi Pasar;

(2) Pengembangan Industri Pembibitan yang tepat varietas dan kualitas dengan skala industri;

(3) Penerapan Teknologi Budidaya berbasis Kawasan/Orchard;

(4) Pengembangan Cool Chain System dalam kegiatan Logistik;

(5) Pengembangan Pasar domestik dan ekspor serta

(6) Tumbuhnya Agroindustri buah Tropis.

Press Release Pusat Bibit Buah Nusantara sebagai Pilar “Revolusi Oranye”  bisa dilihat di :
Nursery Project_PRESS RELEASE

Berita Peresmian “Pusat Bibit Buah Nusantara Sebagai Pilar Revolusi Oranye”bisa di lihat di :

Brand Fruit Talk Softcandy

PKHT terpilih  sebagai salah satu dalam “Terobosan Inovasi Indonesia 2015” dari Kemenristekdikti dalam kategori Ketahanan Pangan.

Brand Fruit Talk Softcandy Buah Nanas dan Pepaya

Latar Belakang

Upaya diversifikasi produk olahan buah nanas dan pepaya, dibutuhkan suatu inovasi pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah dan fungsi pada produk olahan buah nanas dan pepaya.

Softcandy buah nanas dan pepaya lebih tahan lama dibanding buah segarnya. selain itu, diperkaya dengan ekstrak rumput laut sebagai sumber serat tambahan, sehingga dapat dikategorikan sebagai healthy food.

Keunggulan
Teknologi

  • Camilan buah sehat dengan vitamin dan serat alami tinggi
  • Sumber serat alami (Dietary fiber) dari buah asli dan karagenan/rumput laut

Efisiensi/Produktivitas
Memanfaatkan daging buah nanas dan pepaya utuh dengan tambahan sedikit gula tanpa perisa buah tambahan dan pengawet. Rendemen mencapai 40%.

Tingkat Komponen dalam Negeri

  • Bahan baku yang digunakan yaitu buah pepaya, nanas, gula pasir dan rumput laut (karagenan)
  • Bahan baku buah nanas dan pepaya melimpah sepanjang tahun
  • TKDN100%

Field Test (Uji Lapangan)

Produk ini sudah dilakukan field test market melalui Serambi Botani (gerai IPB), berbagai pameran buah dan pameran produk-produk inovatif, kios inovasi dan pameran Higher Education Expo. Sebagain besar costumer suka dengan produk ini. Produk ini sudah dilakukan pengujian umur simpan terkait ketahanan produk selama penyimpanan, agar kualitas dapat terjaga meski tanpa bahan pengawet.

Teknis 

  • Produk ini diproduksi dibawah pengawasan Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB
  • Produk ini sudah dilengkapi sertifikat Halal dan PIRT.

Pemasaran

Sebagai tahapan akuisisi pelanggan, terakhir kali mengikuti event pameran kios inovasi di Central Park dan living World Maret 2015.

Innovator
1. Prof. Dr.Ir. Ani Suryani, DEA
2. Ir. Nurlaila Abdullah, MSi
3. Prof.Dr. M. Firdaus, SP, MSi
4. Prof.Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, MSc

Rapat Koordinasi Kebijakan Pengembangan Cabai dan Bawang

rakor1 rakor2

Cabai dan bawang merah merupakan dua komoditas strategis yang ditetapkan sebagai bahan pangan pokok selain beras, jagung, dan kedelai.  Selain itu sebagai bahan pangan pokok yang tidak tergantikan, cabai dan bawang juga merupakan komoditas hortikultura yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat. Komoditas tersebut menjadi perhatian serius pemerintah karena keduanya memberikan andil yang cukup signifikan dalam menentukan inflasi.

Rapat Koordinasi Kebijakan Pengembangan Cabai dan Bawang diselenggarakan sebagai upaya untuk menjaga kontinuitas produksi, terpenuhinya pasokan, serta stabilisasi harga cabai dan bawang merah.  Acara yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini diselenggarakan di Ruang Rapat Hotel Santika Bogor pada tanggal 29 Februari 2016 mulai jam 10.00 – 16.30 WIB.  Rakor dihadiri oleh sekitar 30 orang yang berasal dari beberapa instansi, yaitu Sekretaris Ditjen Hortikultura, Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbanghorti), Badan Ketahanan Pangan, Perum BULOG, Kementerian Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH – IPB), Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT – IPB), dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku penyelenggara.

Rapat Koordinasi dimoderatori oleh Darda Efendi (Kepala PKHT – IPB) menghadirkan tiga orang pembicara, yaitu Karyawan Gunarso (Perum BULOG), Yanuardi (Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian), dan M. Firdaus (Wakil Dekan FEM dan Kepala Divisi Pemasaran, Kemitraan, dan Kebijakan PKHT – IPB).  Dari Rapat Koordinasi ini diketahui bahwa produksi cabai dan bawang nasional secara agregat dalam satu tahun sebenarnya sudah melebihi kebutuhan konsumsi.  Namun demikian masih sering ditemukan kekurangan suplai dan terjadi fluktuasi harga yang disebabkan adanya kesenjangan suplai antar waktu maupun kesenjangan antar wilayah.

Beberapa hal penting yang menjadi catatan dalam Rakor ini diantaranya adalah :

  1. Perlu dikembangkan suatu Badan Otoritas Pangan atau Badan Pangan Nasional yang bertugas untuk mengelola pangan nasional termasuk cabai dan bawang (suplai, distribusi, pasar, dll.) dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kehadiran (intervensi) pemerintah dalam hal ini Badan Pangan Nasional diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan menjaga kestabilan harga baik pada saat harga tinggi maupun pada saat harga jatuh.
  2. Perlu dikembangkan sistem logistik dan distribusi cabai dan bawang merah yang efisien sehingga dapat mengurangi disparitas harga baik karena kesenjangan antar waktu maupun kesenjangan antar wilayah. Hal ini perlu melibatkan instansi terkait seperti Kementerian Perhubungan.  Sistem logistik dan distribusi ini perlu didukung dengan teknologi dan investasi cold storage.
  3. Perlu adanya edukasi dan promosi konsumen untuk diversifikasi konsumsi cabai dan bawang, baik dalam hal jenis (cabai merah, cabai keriting, cabai rawit) maupun dalam hal bentuknya (produk segar, produk kering, produk bubuk, atau produk olahan beku).
  4. Perlu diupayakan wilayah mandiri pangan (cabai dan bawang merah) melalui pengembangan dan penyebaran kawasan produksi baru. Pengembangan kawasan baru ini perlu dukungan teknologi budidaya mulai varietas unggul, bibit bermutu, teknologi produksi lapang (irigasi, pemupukan, PHT) dan teknologi pascapanen.
  5. Perlu dikembangkan teknologi early warning system yang dapat memantau perkembangan informasi harian dari harga cabai dan bawang merah di beberapa sentra produksi dan pasar induk di Indonesia. Sistem ini dapat dimanfaatkan oleh produsen dan konsumen untuk menentukan harga pasar serta oleh pemerintah untuk menentukan perlunya intervensi dalam menjamin ketersediaan dan stabilisasi harga.
  6. Harga referensi cabai dan bawang merah yang ditetapkan pada tahun 2013 mungkin perlu dikaji kembali apakah masih relevan dengan kondisi saat ini. Harga referensi tersebut dianggap masih terlalu rendah sehingga kurang menguntungkan bagi pelaku usaha agribisnis cabai dan bawang merah nasional.
  7. Perlu dikembangkan sistem pasar yang lebih berkeadilan bagi seluruh pelaku agribisnis cabai dan bawang merah serta harga lebih terjangkau oleh konsumen. Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya adalah sistem contract farming, memperpendek rantai pasar, dan pembinaan pedagang perantara (middle man). (KDa)

Rapat Kerja PUI 2016

IMG_20160218_161208

Rapat Kerja Pusat Unggulan IPTEK (PUI) dilaksanakan selama dua hari, yaitu pada tanggal 17-18 Februari 2016 di Gedung D Kemenristekdikti – Jakarta.  Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Pendidikan Tinggi – Kemenristekdikti. Rapat kerja ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman lembaga PUI terkait skema, mekanisme dan tahapan pelaksanaan kegiatan pengembangan PUI; Menguatkan sinergi kegiatan pengembangan PUI; Meningkatkan pemahaman lembaga dalam persiapan perolehan akreditasi lembaga; dan Meningkatkan pemahaman lembaga mengenai konsep dan instrumen pengukuran tingkat kesiapan teknologi (technology readiness level) dalam mendukung pemanfaatan hasil riset.  Acara selama dua hari tersebut dihadiri oleh 103 orang peserta yang berasal dari 45 lembaga Pusat Unggulan IPTEK.  Dalam acara tersebut, hadir sebagai perwakilan PKHT adalah Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. (Kepala PKHT) dan didampingi oleh Kusuma Darma, SP. MSi.

Rapat Kerja PUI tahun 2016 dibuka dan mendapat pengarahan dari Bapak Dr. Agus Indarjo sebagai Sekretaris Dirjen Kelembagaan IPTEK dan Dikti.  Acara dilanjutkan dengan Pembahasan Topik I yaitu Penjelasan Rencana Kerja PUI Tahun 2016 yang disampaikan oleh Bapak Ir. Kemal Prihatman, M.Eng. selaku Direktur Lembaga Litbang Kemenristekdikti.  Setelah makan siang acara dilanjutkan dengan Pembahasan dan Konfirmasi Rencana Kerja Pengembangan PUI yang dipandu oleh Bapak Yudho Baskoro, MSi. MPP.

_20160217_095701

Pada hari kedua terdapat lima acara yang diawali dengan Penjelasan Program Insentif Kemenristekdikti yang meliputi Program Perlindungan Kekayaan Intelektual (HKI); Program Pengembangan SDM; Program Inovasi Industri (Insentif Teknologi bagi Industri); dan Program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) di Perguruan Tinggi.  Acara kemudian dilanjutkan dengan Penjelasan dan Pembahasan Persiapan Perolehan Akreditasi Pranata Litbang (KNAPPP) sampai rehat makan siang.  Setelah rehat makan siang, acara dilanjutkan dengan Penjelasan Konsep dan Instrumen Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi (TRL).

Untuk pembelajaran bagi Pusat Unggulan IPTEK yang baru dibina, disampaikan pula Kisah Sukses (Success Story) PUI yang dibagi dalam dua sesi.  Pada sesi pertama, disampaikan Success Story PUI secara menyeluruh dari tiga lembaga PUI, yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA), dan Lembaga Penyakit Tropis (TDC) Universitas Airlangga.  Pada sesi kedua, dihadirkan enam lembaga PUI yang menyampaikan Success Story secara lebih spesifik, yaitu Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, Balai Besar Litbang Pasca Panen (BB Pasca Panen), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Pusat Mikro Elektronik (PME) ITB, dan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung.  Dalam kesempatan tersebut PKHT menyampaikan Success Strory terkait Sourcing Capacity : Pengelolaan Internal Lembaga dan Akses Informasi.  Acara Rapat Kerja PUI ditutup oleh Direktur Lembaga Litbang Kemenristekdikti yaitu Bapak Ir. Kemal Prihatman, M.Eng. dengan pesan agar lembaga PUI dapat berkontribusi lebih baik lagi dalam meningkatkan dayasaing nasional melalui peningkatan inovasi dan adanya sinergi antar lembaga. Bukan kerja-kerja-kerja tetapi kerjasama-kerjasama-kerjasama pungkasnya. (KDa)