Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor mengadakan “Gerakan Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)” dengan mengundang narasumber dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Dr. Endang Gunawan, SP, MSi dengan materi  “Budidaya Tanaman Bawang Merah”. Kegiatan ini diselenggarakan di Cipayung, Megamendung.

 

Teknologi Mikroba Intensif untuk Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman Cabai

Penerapan teknologi mikroba intensif dilakukan di dua lokasi, yaitu dataran rendah (+ 50 m dpl) dan dataran tinggi (+ 950 m dpl). Teknologi mikroba-intensif diterapkan baik pada fase pertumbuhan, yaitu pertumbhan bibit di pembibitan dan pertumbuhan tanaman di lapangan. Saat ini, tanaman dataran rendah sudah selesai dipanen, sedangkan tanaman di dataran tinggi masih pada periode generatif. Penerapan teknologi di lapangan dan pengamatan tanaman di dataran tinggi masih terus dilakukan hingga tanaman selesai di panen. Pengamatan pada persemaian cabai menunjukkan bahwa teknologi mikroba-intensif secara konsisten dapat meningkatkan persentase benih berkecambah, meningkatkan keseragaman perkecambahan benih, meningkatkan pertumbuhan bibit, dan mengurangi penyakit rebah kecambah. Pengamatan lebih lanjut di lapangan menunjukkan bahwa teknologi mikroba-intensif akan meningkatkan tinggi, jumlah cabang, produksi tanaman, dan bobot buah cabai yang dihasilkan. Selain itu, penerapan teknologi mikroba-intensif dapat menekan penyakit virus, layu, embun tepung, dan bercak daun cercospora. Pengamatan serangan penyakit di lapangan menunjukkan bahwa perlakuan mikroba-intensif memberikan hasil yang lebih baik daripada perlakuan konvensional menggunakan pestisida sintetis. Oleh karena itu, penggunaan teknologi mikroba-intensif dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis. Luaran wajib yang dihasilkan adalah diperolehnya dokumentasi hasil ujicoba produk agens pengendali hayati. Dari kegiatan ini telah disusun dokumen hasil ujicoba produk dengan melakukan pengujian pada dua lokasi. Hasil pengujian akan disusun dalam bentuk petunjuk teknis penerapan teknologi mikroba-intensif pada tanaman cabai. Selain luaran wajib, taget luaran tambahan tahun kedua dari kegiatan ini adalah publikasi pada jurnal ilmiah nasional. Satu artikel publikasi siap untuk disubmit pada Jurnal Hortikultura dan satu draft artikel sedang disempurnakan. Saat ini juga sudah dilakukan pendaftaran merek “FRUCTOGARD” atas produk yang dikembangkan pada Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM.

Penyehatan Lahan Bawang Merah Untuk Peningkatan Produksi Umbi Di Kabupaten Demak

Pada saat ini lahan pertanian di Pulau Jawa sudah mengalami penurunan kesuburan tanah, yang dicirikan dengan rendahnya kandungan bahan organik (60% lahan <1% bahan organik), hal ini disebabkan indeks tanam yang tinggi, aplikasi pupuk an-organik tidak bijaksana, penggunaan pestisida berlebih, suhu tinggi dan kurang aplikasi bahan organik. Disisi lain pembenah tanah dapat diperoleh dari lingkungan sekitar lahan produksi, seperti misalnya bahan organik dari ternak para petani yang masih belum dioptimalkan. Dalam rangka stabilitas pasokan umbi bawang merah dan efisiensi produksi perlu dilakukan verifikasi pembenah tanah komersial dibandingkan bahan pembenah tanah lokal dan teknok budidaya petani yang sudah ada.

Upaya penyehatan lahan merupakan upaya paling efisien dan efektif dalam meningkatkan produksi bawang secara berkelanjutan. Sehingga petani akan mendapatkan pendapatan dari usaha tani secara maksimum dan tetap semangat dalam menjaga stabilitas harga bawang merah. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengembangan best practices untuk lokasi spesifik dengan melibatkan penggunaan benih yang bermutu, pupuk berimbang dan penerapan Pengendalian Hama Terpadu.

Tujuan Penelitian

Melakukan upaya penyehatan lahan bawang merah dengan aplikasi pembenah tanah yang didukung best practices spesifik lokasi yang mampu meningkatkan produksi umbi bawang merah secara efektif, efisien, dan ramah lingkungan untuk menurunkan biaya produksi dan BEP untuk menjaga harga bawang merah yang adil secara berkelanjutan.

Hasil Penelitian

Analisis tanah di lokasi kegiatan menunjukkan bahwa kandungan C-organik, P yang tersedia, N, dan K tergolong rendah, sehingga perlu aplikasi pembenah tanah. Aplikasi pembenah tanah dan agen hayati pada musim hujan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 33.7% dibandingkan perlakuan konvensional petani. Rata-rata produktivitas perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati sebesar 12.3 ton/ha, sedangkan perlakuan konvensional sebesar 9.2 ton/ha.

Analisis usahatani pada perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati dapat menurunkan biaya produksi sebesar 10%, menurunkan BEP sebesar 32.7%, dan meningkatkan keuntungan petani sebesar 138%. Biaya produksi perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati sebesar Rp 87,415,000/ha dengan BEP Rp 7,107/kg. Sedangkan biaya produksi perlakuan konvensional sebesar Rp 97,208,000/ha dengan BEP Rp 10,566/kg.

 A

B

C

Gambar 1. Sosialisasi penyehatan lahan dan best practices bawang merah di Kab. Demak. (A) kelompok tani yang mengikuti sosialisasi daring, (B) Sosialisasi luring hari ke-1, (C) sosialisasi luring hari ke-2

Gambar 2. Lampu perangkap yang digunakan di lokasi

Gambar 3. Keragaan vegetatif tanaman bawang merah (A) 13 HST, (B) 28 HST

Pengembangan Teknologi Pasca Panen Bawang Putih dalam Rangka Ketersediaan Pangan dan Perbenihan Nasional

Salah satu permasalahan yang berpengaruh terhadap produksi bawang putih adalah ketersediaan benih yang siap ditanam karena masa dormansi benih bawang putih. mencapai 4-5 bulan setelah masa panen. Penyimpanan adalah penanganan pascapanen yang memiliki peranan yang penting pada bawang putih karena dapat digunakan untuk mengendalikan ketersediaan benih bawang putih. Penyimpanan benih dalam cold storage yang bersuhu 5- 10° C selama dua minggu dapat mempercepat pertumbuhan bawang putih hingga 2 bulan. Secara umum tujuan penelitian adalah mengembangkan teknologi pascapanen bawang putih untuk mendukung pencapaian swasembada bawang putih. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa air UFBs dapat dijadikan solusi terhadap permasalahan dormansi bawang putih khususnya di Indonesia. Banyak keunggulan yang ditawarkan dari penggunaan teknologi terbaru ini. Pematahan dormansi menggunakan air UFBs bukan hanya mempercepat waktu dormansinya namun nantinya juga dapat mengatur waktu tanam sesuai dengan yang diinginkan. Luaran wajib yang dihasilkan adalah paten sederhana (HKI) dan teknologi tepat guna berupa SOP teknologi pascapanen bawang putih untuk bibit dan percepatan perkecambahan bibit bawang putih. Penelitian ini juga melibatkan mahasiswa S1 dan S2. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) yang ditargetkan adalah 6. Teknologi percepatan dormansi benih bawang putih telah diujicobakan ke kebun petani di Tegal. 

Gambar 1. Rektor IPB, Prof Dr Arif Satria, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tegal, M Taufik Amrozi dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal, Ir Toto Subandriyo MM beserta kelompok tani Desa Tuwel, Ahkmad Maufur saat melakukan panen bawang putih hasil inovasi.

https://suarabaru.id/2021/01/16/pertama-di-indonesia-panen-benih-bawang-putih-hasil-inovasi/

Komersialisasi Bawang Merah Varietas Baru untuk Stabilisasi Suplasi Bawang Merah Nasional

Pada penelitian tahun sebelumnya PKHT telah menghasilkan varietas bawang merah SS Sakato dan Tajuk. Untuk meningkatkan stabilitas produksi dan ketersediaan benih varietas unggul bawang merah yang telah dihasilkan maka dilakukan penelitian komersialisasi bawang merah varietas baru dalam rangka peningkatan produktivitas, kualitas dan kontinuitas suplai bawang merah. Tujuan khusus dari penelitian adalah meningkatkan ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul baru melalui: 1) produksi dan diseminasi benih varietas unggul baru dalam rangka komersialisasi hasil riset, 2) meningkatkan teknologi budidaya bawang merah ramah lingkungan dan 3) mengembangkan model bisnis dan sistem informasi kelayakan usaha hortikultura bawang merah.
Kegiatan ini melibatkan pengguna varietas, yaitu produsen benih, petani, produsen bawang merah olahan dan konsumen (pemasar) sehingga produk yang dihasilkan dapat segera diterima oleh pasar. Kegiatan akan dilaksanakan di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat (dataran tinggi) dan di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur (dataran rendah). Luaran yang dihasilkan pada tahun pertama adalah telah tersedianya benih bawang bawang merah bersertifikat sebanyak 44 ton berat basah atau kira-kira 31, 3 ton berat kering (Benih SS Sakato dan Tajuk). Selain itu, diperoleh tiga marka DNA penciri varietas untuk bawang merah varietas Tajuk, SS Sakato dan Bima Brebes; 1 dokumen SOP produksi benih bawang merah, 1 dokumen model bisnis benih bawang merah dan 1 publikasi pada jurnal nasional terakreditasi

Gambar 1. Kegiatan Penelitian di Solok, Sumatera Barat

Gambar 2. Kegiatan Penelitian di Nganjuk, Jawa Timur

Peningkatan Ketersediaan Benih Dan Varietas Cabai Rawit Bermutu Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Petani Cabai Di Indonesia

Cabai merupakan komoditas hortikultura strategis di Indonesia yang memiliki dampak yang kuat pada inflasi, karena dikonsumsi sebagian besar penduduk. Permasalahan utama komoditas ini adalah ketidaksesuaian sebaran waktu, tempat, jumlah produksi dan konsumsi bulanan, kurangnya lahan subur dan sesuai, serta anomali cuaca akibat perubahan iklim global. Cabai rawit merupakan komoditas hortikultura yang memiliki periode panen yang panjang sehingga sangat rentan terhadap anomali iklim. Adanya perubahan iklim yang sangat drastis, menyebabkan tanaman cabai rawit di beberapa sentra produksi mengalami kegagalan panen yang berakibat terhadap berkurangnya pasokan cabai nasional. Disamping itu kertersediaan lahan dengan kesesuaian tinggi berpengaruh besar terhadap produksi cabai nasional.

Kegiatan pengembangan varietas cabai rawit dilakukan untuk mengatasi permasalahan rendahnya produktivitas dan tingginya biaya produksi. Permasalahan anomali iklim dapat diatasi dengan pengembangan varietas cabai rawit berumur panen pendek. Pemanfaatan lahan dengan tingkat salinitas tinggi untuk produksi cabai dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi masalah berkurangnya lahan subur di Indonesia. Pengembangan varietas cabai rawit toleran salinitas saat ini penting untuk meningkatkan produktivitas cabai di lahan salin. Varietas-varietas ini diharapkan dapat menjadi substitusi impor serta meningkatkan nilai tambah cabai rawit yang akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat petani.

Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), Institut Pertanian Bogor (IPB) telah berhasil mengakuisis plasma nutfah cabai rawit pada penelitian sebelumnya. Hasil evaluasi dan karakterisasi plasma nutfah tersebut ialah varietas yang memiliki periode panen pendek yaitu varietas Lobita, dan varietas yang toleran salinitas yaitu varietas Bonita. Dengan demikian, penelitian cabai rawit ini telah mencapai Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) Level 7. Saat ini kedua varietas belum terdaftar pada PVTPP. Harapannya melalui penelitian ini kedua varietas dapat didaftarkan dan selanjutnya didiseminasikan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan penuh oleh masyarakat khususnya petani.

Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan ketersediaan benih dan varietas cabai rawit bermutu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani cabai Indonesia. Tujuan khusus penelitian ini yaitu: 1) pendaftaran varietas cabai rawit dengan periode panen pendek serta varietas cabai rawit toleran salinitas; 2) produksi massal benih sumber varietas unggul cabai rawit; dan 3) pengembangan Standard Operating Procedure (SOP) produksi cabai rawit.  Luaran yang telah dicapai dari kegiatan ini adalah   satu varietas cabai rawit Bonita yang sudah dilepas oleh Mentri Pertanian dengan SK nomor  343/Kpts/SR.130/D/IV/2021,   benih cabai rawit BONITA sebanyak 5 kg,  satu artikel jurnal pada Jurnal Agronomi Indonesia.   Selain itu telah   dilakukan uji keunggulan calon varietas  cabai rawit LOBITA, dan sedang proses  uji kebenaran  cabai rawit LOBITA.

Gambar 1.  Cabai rawit BONITA

Gambar 2. Keragaan pertanaman produksi benih sebar cabai rawit LOBITA di kebun percobaan PKHT Pasirkuda Bogor