Tanda daftar varietas hasil pemuliaan dapat dilihat pada A6.5_okra hijau naila

Tanda daftar varietas hasil pemuliaan dapat dilihat pada A6.5_okra hijau naila
Pepaya Arum Bogor (IPB 1) – Si Mini yang Tak Berbau “Burung”
Varietas yang telah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman sejak 1 Agustus 2007 ini merupakan hasil penelitian PKHT oleh pemulia Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. bersama tim.
Buah berukuran kecil dan lonjong, daging buah berwarna jingga kemerahan, serta memiliki bobot sekitar 600 gram dengan tingkat kemanisan mencapai 13° brix dan kadar vitamin C sebesar 82 mg/100 g buah.
Pepaya yang satu ini mempunyai keunikan dibanding pepaya lain, yakni dagingnya yang tidak berbau “burung” yang banyak disukai konsumen.
Tanda daftar varietas hasil pemuliaan dapat dilihat di A6.4_okra merah zahira
Penyakit getah kuning (gamboge disorder) saat ini masih menjadi masalah utama pada industri buah manggis di Indonesia. Getah kuning merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu buah sehingga tidak layak ekspor.
Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc ialah penemu inovasi yang dapat mengendalikan dan menemukan penyebab penyakit getah kuning pada buah manggis.
Berdasarkan penelitiannya, aplikasi Kalsium dan Boron di daerah perakaran tanaman manggis pada fase perkembangan buah dapat menurunkan cemaran getah kuning.
Kelebihan dari inovasi ini ialah dapat meningkatkan mutu buah dan memperbesar potensi ekspor dengan bahan baku yang murah serta mudah didapat.
Penelitian pendukung: Control of gamboge disorder and improved quality of mangosteen fruit through application of two calcium sources in different dosage
Nama Umum :
Leunca (Sunda), Ranti (Jawa), anti, Bobosa (Maluku)
Deskripsi :
Herba tahunan tegak. Tanaman ini termasuk ke dalam golongan semak, dengan tinggi lebih kurang 1,5 m. Memiliki akar tunggang dengan warna putih kocoklatan. Batang tegak, berbentuk bulat, lunak, dan berwarna hijau.
Kegunaan :
Diketahui bahwa leunca (Solanum nigrum L.) mengandung bahan sebagai antiseptik, anti inflammasi dan antidisentri (Heiser 1969; Vogel 1990). Menurut Akhtar dan Mohammad (1989) bahwa serbuk dari tanaman dapat sebagai ulcerogenik. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai antimalaria (Watt dan Breyer-Brandwijk,1962)
Budidaya :
Tanaman S. ningrum menyukai matahari penuh, meliki pH optimum 6-6.5, dan sensitive terhadap kekeringan. Bahan perbanyakan menggunakan biji atau stek batang berukuran 20-20 cm. metode penanaman dengan menyebar benih langsung atau ditransplant saat bibit berumur 4-6 minggu. Panen daun atau pucuk pertama dilakukan pada 40-60 hari setelah tanam.
Nama Umum :
Kacang parang, koro bedog, kacang mekah, koro bendo, krandang (Jawa Tengah), dan koang (Jawa Barat), koro wedung (Madura), kacang kayu (Sumatera Barat)
Deskripsi :
Merupakan tanaman perdu yang merambat atau setengah merambat. Bentuk buahnya besar, panjang, dan pipih seperti pedang. Warnanya putih kekuning-kuningan dan aromanya agak langu. Batangnya pendek besar dan daunnya hijau, lebar dan tebal. Bunganya berwarna putih kebiru – biruan. Bijinya banyak mengandung HCN.
Kegunaan :
Buah muda dapat disayur atau dilalap, sedangkan bijinya dapat diolah menjadi tempe.atau tauge.
Budidaya :
Koro pedang ditanam dengan menggunakan benih. Penanaman benih langsung dilahan tanpa persemaian dengan jumlah 2 benih per lubang. Kebutuhan benihnya sekitar 80 kg / ha. Jarak tanam yang dapat digunakan adalah 40 cm x 50 cm atau 40 cm x 75 cm. Pemupukan awal diberikan pada saat tanaman sudah berkecambah, yaitu 110 kg/ha Urea, TSP 120 kg/ha TSP, dan 40 kg/ha KCl. Pemupukan diberikan dilarikan yang dibuat disamping baris tanaman. Pemberian ajir dapat dilakukan saat tinggi tanaman sudah mencapai 25 cm. Buah muda dapat dipanen setelah tanaman berusia 5 bulan.