Prof Sobir Sebut Indonesia Dapat Menjadi Pemain Besar Industri Benih Dunia

Source : IPB Today Volume 643 Tahun 2021

Posisi Indonesia dalam industri perbenihan dunia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi lainya adalah Indonesia memiliki keragaman lingkungan tinggi, iklimnya lembab dan mendapatkan pancaran sinar matahari sepanjang tahun. Luas Indonesia hanya 1,3 persen dari luas daratan dunia, namun kepadatan biodiversitasnya mampu bersaing dengan Brazil. Biodiversitas yang tinggi menjadikan Indonesia  memiliki kekayaan genetik yang tinggi.

Prof Sobir, Guru Besar IPB University mengatakan potensi kawasan tropika sangat besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain besar industri benih dunia. Bisnis hortikultura dunia akan kian meningkat hingga 100 milyar US Dólar sampai tahun 2023. Kawasan Asia Pasifik memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sehingga pertumbuhan ekonominya tinggi. Kebutuhan akan produk-produk bermutu yang berasal dari benih yang bermutu pun meningkat.

Hal ini disampaikannya dalam webinar Strategi Produksi Benih Unggul Mendukung Pengembangan Agroindustri Hortikultura yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan yang digelar Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB University bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian RI, belum lama ini.

Menurut Dosen IPB University di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian ini, potensi Indonesia sebagai pemain besar dalam industri benih sangat memungkinkan. Kondisi iklim Indonesia mendukung petani untuk bisa menanam sepanjang tahun. Keragaman agroklimat tinggi sehingga keragaman daya adaptasi varietasnya tinggi. Serangan penyakit juga tinggi sepanjang tahun, sehingga varietas Indonesia mampu bertahan di negara sendiri maupun kawasan lain.

“Ketika untuk bersaing di Indonesia, varietas tersebut harus dikembangkan di Indonesia. Sebaliknya, varietas yang dikembangkan di Indonesia akan mampu bertahan dan bersaing di mana-mana,” ujar peneliti Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB University tersebut.

Dengan adanya bonus demografi, banyak tren pertanian berbasis usaha sehingga banyak pengusaha muda di bidang industri benih. Dengan meningkatnya pemanasan global, Indonesia juga berpeluang mengembangkan benih varietas tropika yang dibutuhkan bagi wilayah sub tropika. Varietas-varietas lokal juga beragam dan dinilai mampu berdaya saing tinggi.

“Penting untuk kita sampaikan bahwa kita ingin sekali pemain yang sudah besar di Indonesia kemudian didorong menjadi pemain global. Sementara perusahaan-perusahaan benih lokal kita dorong untuk menjadi pemain-pemain tangguh yang memiliki resiliensi di pasar domestik,” tambahnya.

Perumusan Undang-Undang 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura juga telah mendorong kemajuan pengembangan varietas. Kecepatan pemuliaan tanaman setelah undang-undang tersebut diresmikan mencapai tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Tiga tahun setelah UU Hortikultura, terjadi tren pengembangan industri benih di Indonesia. Ini karena perusahaan industri benih tergolong besar dan permintaan benih atau pasar benih juga sama besarnya.

Menurutnya, dalam mendorong industri hilir, industri hulu harus didukung supaya dapat menjadi pemain global. Ia pun menerangkan, dalam meningkatkan daya saing industri benih, ada empat hal yang perlu didorong. Yakni peningkatan sumberdaya manusia pemulia, penyediaan sumber daya genetik unggul, peningkatan teknologi perakitan varietas, dan efisiensi produksi benih. 

“Karena melihat potensi besar industri benih, beberapa industri hilir yang tadinya fokus pada penjualan benih, sekarang masuk ke dalam industri hulu. Mereka melakukan pemuliaan sendiri dan juga meminta varietas ke hulu. Ini sesuatu yang sangat baik, dengan demikian kita harus mendorong pihak di industri hilir ini memperkuat industri hulunya, sementara yang memiliki industri hulu memperkuat industri hilirnya,” terangnya. (MW/Zul)