Pada saat ini lahan pertanian di Pulau Jawa sudah mengalami penurunan kesuburan tanah, yang dicirikan dengan rendahnya kandungan bahan organik (60% lahan <1% bahan organik), hal ini disebabkan indeks tanam yang tinggi, aplikasi pupuk an-organik tidak bijaksana, penggunaan pestisida berlebih, suhu tinggi dan kurang aplikasi bahan organik. Disisi lain pembenah tanah dapat diperoleh dari lingkungan sekitar lahan produksi, seperti misalnya bahan organik dari ternak para petani yang masih belum dioptimalkan. Dalam rangka stabilitas pasokan umbi bawang merah dan efisiensi produksi perlu dilakukan verifikasi pembenah tanah komersial dibandingkan bahan pembenah tanah lokal dan teknok budidaya petani yang sudah ada.
Upaya penyehatan lahan merupakan upaya paling efisien dan efektif dalam meningkatkan produksi bawang secara berkelanjutan. Sehingga petani akan mendapatkan pendapatan dari usaha tani secara maksimum dan tetap semangat dalam menjaga stabilitas harga bawang merah. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pengembangan best practices untuk lokasi spesifik dengan melibatkan penggunaan benih yang bermutu, pupuk berimbang dan penerapan Pengendalian Hama Terpadu.
Tujuan Penelitian
Melakukan upaya penyehatan lahan bawang merah dengan aplikasi pembenah tanah yang didukung best practices spesifik lokasi yang mampu meningkatkan produksi umbi bawang merah secara efektif, efisien, dan ramah lingkungan untuk menurunkan biaya produksi dan BEP untuk menjaga harga bawang merah yang adil secara berkelanjutan.
Hasil Penelitian
Analisis tanah di lokasi kegiatan menunjukkan bahwa kandungan C-organik, P yang tersedia, N, dan K tergolong rendah, sehingga perlu aplikasi pembenah tanah. Aplikasi pembenah tanah dan agen hayati pada musim hujan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 33.7% dibandingkan perlakuan konvensional petani. Rata-rata produktivitas perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati sebesar 12.3 ton/ha, sedangkan perlakuan konvensional sebesar 9.2 ton/ha.
Analisis usahatani pada perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati dapat menurunkan biaya produksi sebesar 10%, menurunkan BEP sebesar 32.7%, dan meningkatkan keuntungan petani sebesar 138%. Biaya produksi perlakuan pembenah tanah dengan agen hayati sebesar Rp 87,415,000/ha dengan BEP Rp 7,107/kg. Sedangkan biaya produksi perlakuan konvensional sebesar Rp 97,208,000/ha dengan BEP Rp 10,566/kg.
A
B
C
Gambar 1. Sosialisasi penyehatan lahan dan best practices bawang merah di Kab. Demak. (A) kelompok tani yang mengikuti sosialisasi daring, (B) Sosialisasi luring hari ke-1, (C) sosialisasi luring hari ke-2
Gambar 2. Lampu perangkap yang digunakan di lokasi
Gambar 3. Keragaan vegetatif tanaman bawang merah (A) 13 HST, (B) 28 HST