PEGAGAN (Centella asiatica(L.) Urban)

Nama Umum :

Daun kaki kuda, daun aga, pegaga, dan ambun (Sumatera). Gagan-gagan, ganggagan, kerok batok, pantegowang, panigowang, dan rending (Jawa). Antanan, antanan gede, dan calingan rambat (Sunda). Kos-tekosan (Madura). Tungke – tungke, Wisu – wisu, dan Cipubalawo (Bugis). Koloditi menorah dan saaroeti (Maluku). Kori-kori (Halmahera).

Deskripsi :

Merupakan tumbuhan terna (tumbuh merayap menutupi tananh), tidak batang,, dengan tinggi tanaman antara 10 – 50 cm. Daunnya berbentuk ginjal dengan pinggirannya berombak dan bergerigi. Bunga berbentuk paying berwarna kemerahan dan buahnya berwarna kuning – cokelat.

Kegunaan :

Daun segarnya dapat dikonsumsi sebagai lalapan dan jus. Aunnya dapat dikeringkan untuk dijadikan the pegagan. Daun pegagan juga dapat diolah menjadi obat kapsul, krim, salep, obat jerawat.

Pegagan yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi.

Budidaya :

Pegagan dapat ditanam sampai dengan 2500 dpl, namun ketinggian tempat optimum adalah 200 – 800 m dpl. Tanaman ini umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan stolon atau tunas anakan, tetapi dapat pula diperbanyak dengan biji (secara generatif ). Benih yang akan di tanam haru sudah berstolon dengan disertai minimal 2 calon tunas. Benih berasal dari induk yang telah berumur minimal setahun (Januwati dan Yusron, 2005). Walaupun pegagan berbiji , perbanyakan dilakukan melalui bagian stolon (vegetatif ), yang disemaikan terlebih dahulu selama 2 – 3 minggu. Persemaian menggunakan polibag kecil, diisi media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (2 : 1), diletakkan di tempat dengan naungan yang cukup dan disiram setiap hari . Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Pengolahan tanah dilakukan sedalam 30 cm, digemburkan dan dibersihkan dari gulma dan ranting-ranting, lalu dibuat bedengan dan saluran drainase, untuk mencegah terjadinya genangan di lahan. Penanaman dilakukan pada bedengan yang telah di siapkan dengan jarak tanam antar baris 20 – 30 cm, dan dalam baris 20 – 25 cm (Januwati dan Yusron, 2005). Pemanenan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 4 bulan, dengan cara memangkas bagian daun dan tangkainya. Selang pemanenan dengan panen selanjutnya sekitar dua bulan.

KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.)

Nama Umum :

Ulam raja (Melayu), kenikir (jawa tengah), pelampong (Malaysia)

Deskripsi:

Perdu dengan tinggi 75-100 cm dan berbau khas. Batang tegak, segi empat, beralur membujur, bercabang banyak, beruas berwarna hijau keunguan.

Kegunaan :

Daun Cosmos caudatus mengandung saponin, flavonoid polifenol dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil alkohol (Fuzzati et al., 1995).
Daun kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) banyak dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran. Secara tradisional daun ini juga digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang dan pengusir serangga.

Budidaya :

Metode perbanyakan tanaman kenikir secara umum adalah dengan menggunakan benih (van den Bergh, 1994). Percobaan identifikasi tanaman kenikir yang dilakukan oleh Hermanto (2008) menggunakan biji dan ditanam langsung dengan cara disebar di lahan. Lahan penanaman tersebut menggunakan media tanam arang sekam, kompos, dan tanah. kenikir dapat dipanen setelah disemai selama dua minggu dan ditanam di lahan selama enam minggu.  Tumbuh baik di dataran rendah dengan kondisi tanah yang subur, liat, dan berdrainase baik, sampai pegunungan ± 700 m dpl. Tanaman ini menyukai terbuka yang mendapatkan sinar matahari penuh.

KEMANGI (Ocimum sanctum)

Nama Umum :

Seraung, lampes (Sunda), lampes (Jawa), kemangek (Madura), uku-uku (Bali), lufe-lufe (Ternate), bramakusu (Minahasa/Manado).

Deskripsi :

Aromatic, erect or ascending, short-lived perennial herb, up to 1 m tall, with a brown, thick taproot up to 6 mm and many secondary roots. Stem quadrangular, up about 6 mm thick, much branched, glabrous or pilose, light green to dark purple, base sometimes woody.

Kegunaan :

immuno-modulatory, anti-stress, anti-microbial, anti-inflammatory, analgesic, hypoglycaemic and hypolipidaemic activity

Budidaya :

Ocimum sanctum thrives well on a variety of soils and climatic  conditions. Rich loam to poor laterite, alkaline to moderately acidic soils are well suited for cultivation of Ocimum sanctum. Well drained soils help in better vegetative growth. It flourishes under fair to high rainfall and humid conditions. Long days and high temperatures have been found to be favourable for plant growth and higher oil production. Tropical and subtropical climate is suited for its cultivation. Waterlogged conditions can cause root rot and result in stunted growth. So proper drainage should be provided.