UJI MULTILOKASI MELON HIBRIDA POTENSIAL DAN PERAKITAN VARIETAS MELON HIBRIDA UNGGUL

Abstrak. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu dari buah-buahan yang memiliki keunggulan komparatif yaitu umur pendek dan bernilai ekonomi tinggi. Ketersediaan buah melon sangat erat kaitannya dengan ketersediaan benih. Sebagian besar benih melon yang ditanam petani diimpor dari luar negeri dan harganya sangat tinggi. Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) LPPM IPB telah melakukan serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman melon ke arah pembentukan varietas hibrida unggul. Pada tahun 2008 telah dirakit lebih dari 20 hibrida. Dua hibrida terpilih, yakni Sunrise Meta dan Orange Meta telah melalui tahap uji adaptasi pada musim hujan 2008/2009. Melon „Sunrise Meta‟ ditujukan untuk pasar khusus melon tidak berjala dengan keunggulan: 1) Kulit buah putih bersih, 2) Daging buah yang berwarna jingga, 3) Rasanya manis (potensi kadar PTT: 14.8oBrix), 4) Teksturnya agak renyah, 5) Bobot buah tidak berbeda dengan varietas pembanding, 6) Tidak adanya after-taste yang kurang baik setelah dikonsumsi. Sedangkan Melon „Orange Meta‟ mempunyai keunggulan: 1) Kulit buah kuning menarik, 2) Daging buah yang berwarna jingga 3) Rasanya manis (potensi kadar PTT: 14.8 oBrix), 4) Teksturnya renyah, 4) Bobot buah tidak berbeda dengan varietas pembanding dan 5) Tidak ada after-taste yang kurang baik setelah dikonsumsi. Hasil uji preferensi konsumen menunjukkan Sunrise Meta dan Orange Meta lebih disukai panelis dibandingkan varietas pembanding. Untuk antisipasi perubahan selera konsumen dipersiapkan calon varietas unggul baru hasil persilangan tahun 2009. Varietas hybrid Orange Meta dan Sunrise Meta direkomendasikan untuk dilepas sebagai varietas komersial. Didukung oleh sertifikat pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan Nomor 207/PVHP/2009.

Kata kunci: Melon, varietas hibrida, uji multilokasi

Selengkapnya

Resistance of Several Capsicum annuum L. Genotypes to Anthracnose caused by Colletotrichum acutatum and Their Correlation with Capsaicin Content and Peroxsidase

Anthracnose is one of the most destructive pepper diseases in Indonesia. Colletotrichum acutatum has been identified as a predominant species in pepper fields of Asian countries including Indonesia. The experiment used completely randomized block design with 2 factors and 4 replications. The first factor was 14 genotypes (c-1,2,3,4,5,7,8,9,15,18,19,28,47, and 49, and the second factor was 4 isolates of C. acutatum (PYK 04, BGR 027, MJK01, and PSG 01). Each experimental unit used 10 green pepper fruits. Inoculation methods followed the AVRDC procedure and resistance score followed the modified procedure of Yoon method. Symptoms were evaluated five days after inoculation. Disease incidence was evaluated using Yoon method with slight modifications. The experiments showed that C-15 genotype was more resistant to anthracnose than others; C-8 and C-49 genotypes were recorded as susceptible to anthracnose. Except the three genotypes, all other genotypes were recorded as highly susceptible to anthracnose. Capsaicin content and peroxsidase activities were not correlated with resistance to anthracnose.

Key words: pepper, resistance, anthracnose, Colletotrichum acutatum

Details