Prototipe Inovasi Pengembangan Pepaya Pada Lahan Sub Optimal Dengan Penguatan Kelembagaan Kemitraan

Penyebaran Benih Pepaya pada Petani untuk kegiatan Pengembangan Pepaya pada Lahan Sub Optimal
Pemilihan petani untuk kegiatan pengembangan pepaya pada lahan sub optimal dilakukan di Kelurahan Talang Keramat dan di Mulligan’s Garden. Dari kunjungan ke dua daerah ini telah diperoleh petani yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini yaitu Kelompok Tani yang diketuai oleh Pak Wahyu di Kelurahan Talang Keramat, Pak Adi petani di Mulligan’s Garden, dan Ibu Endang dari UNSRI.
Kelurahan Talang Keramat, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan merupakan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Di Kelurahan ini terdapat dua kelompok tani yaitu kelompok tani untuk bapak-bapak dan kelompok wanita tani. Ketua kelompok tani bapak-bapak diketuai oleh Pak Wahyu. Pak Wahyu juga telah mengusahakan pepaya Callina tetapi saat ini akan dilakukan penggantian tanaman karena tanaman pepaya sudah tidak produktif. Adapun mengenai pemasaran pepaya, Pak Wahyu menjual pepaya kepada tengkulak yang datang langsung ke kebun. Tengkulak bisa langsung memanen buah pepaya. Harga pepaya selama ini sekitar Rp 2500 – 4000/kg. Pak Wahyu mendapatkan benih pepaya sebanyak 2 pak (200 benih /pak) dan SOP pengusahaan pepaya.
Pemilik Mulligan’s Garden yaitu ibu Dedeh Nurhayati, SS, MM. Obyek wisata Mulligan’s Garden terletak di Desa Parit-Purnajaya Kecamatan Indralaya Utara, Kab. Ogan Ilir (OI) Sumatera Selatan. Obyek wisata tersebut mempunyai konsep wisata agro dengan mengutamakan  Education dan Recreation dengan kegiatan seperti outbond dan kebun buah dan tanaman hias. Beberapa buah yang sudah diusahakan seperti kelengkeng, dan jambu air. Kegiatan lain yang diusahakan yaitu mengelola kafe yang mengusahakan bakery, makanan, karaoke dan ruang pertemuan. Kafe tersebut dekat dengan UNSRI sehingga banyak pelanggan berasal dari kalangan mahasiswa dan dosen UNSRI seperti pesanan roti untuk kegiatan-kegiatan seminar, ujian sidang dan acara lainnya. Pada lokasi wisata sekitar 7 hektar masih terdapat lahan yang dapat ditanami dengan buah-buahan termasuk tanaman pepaya. Benih sekitar 4 pak (800 butir) telah disampaikan ke Manager Mulligan’s garden (Pak Adi) untuk dilakukan pembimbitan.
Ibu Ir. Endang Dama Setiaty, MS merupakan dosen UNSRI yang juga melakukan penelitian terhadap budidaya pepaya pada tipe lahan Utisol dengan perlakuan pemupukan. Pada penelitian Ibu Endang ini, varietas pepaya yang ditanam yaitu Calina. Ibu Endang memiliki lahan sebesar 5 hektar yang dapat digunakan untuk demplot penelitian pepaya pada lahan sub optimal. Selain perlakuan pemupukan, Ibu Endang juga melakukan sistem surjan dalam pengusahaan pepaya khusus lahan yang rawa. Karena ketersediaan lahan dan pengalaman dalam budidaya pepaya Calina, maka Ibu Endang dijadikan petani mitra untuk kegiatan penelitian ini. Ibu Endang telah menerima 3 pak (600 butir) benih pepaya beserta SOP budidaya untuk lahan kering masam. Pada bulan April ini benih yang telah didistribusikan tersebut sudah disemaikan pada masing-masing petani mitra.

Pelatihan Pengusahaan Budidaya Pepaya pada Lahan Sub Optimal
Lahan sub optimal di daerah demplot penelitian merupakan lahan sub optimal dengan tipe lahan kering masam dan lahan basah masam. Kedua lahan ini memiliki sifat yang berbeda sehingga memiliki perlakuan yang berbeda dalam melakukan budidaya. Benih pepaya yang telah didistribusikan sudah dilakukan penyemaian oleh petani mitra penelitian. Pada tanggal 10 April 2013 telah dilakukan supervisi demplot produksi pepaya pada lahan sub optimal lahan kering di Desa Sukasari, Kecamatan Talang Keramat. Di Desa Sukasari adalah lokasi petani mitra Ibu Endang. Di lokasi ini, benih telah disemaikan pada tanggal 13 Maret 2013 dan pada saat supervisi tanggal 10 April 2013 bibit pesemaian telah berumur 29 hari.
Umur bibit pepaya tersebut sudah siap ditanam kurang lebih satu minggu ke depan atau pada saat bibit berumur 35 hari. Selain itu lahan budidaya juga sudah dibersihkan dan sedang dibuat lubang tanam untuk kegiatan penanaman. Jumlah populasi tanaman yang akan ditanam sebanyak 300 pohon dengan luas lahan kurang lebih 2.000 m2. Kondisi benih yang telah siap untuk ditanam dan persiapan lahan juga telah dilakukan maka dilakukan pelatihan mengenai budidaya pepaya pada lahan sub optimal. Pelatihan dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 11 April 2013 untuk pelatihan budidaya pada lahan kering masam dan tanggal 12 April untuk pelatihan budidaya pada lahan basah. Pelatihan budidaya pepaya pada lahan kering masam dilakukan di Desa Sukasari, Kecamatan Talang Keramat. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 25 orang yang terdiri dari petani pepaya, warga masyarakat sekitar, dan mahasiswa.
Dalam pelatihan ini dipaparkan mengenai teknik budidaya di lahan sub optimal kering masam untuk tipe tanah Ultisol/Podzolik dengan tekstur tanah liat dan pH yang rendah (pH<4). Pada sosialisasi ini dipaparkan mengenai kegiatan pengapuran untuk mengurangi tingkat keasaman dan pelatihan komposing pada pupuk kandang ayam dengan menggunakan aktivator Plant Growth Promoter and Regulator (PGPR). Pada kegiatan pelatihan ini juga dilakukan diskusi mengenai permasalahan yang sering dihadapi petani pepaya dalam melakukan budidaya pada lahan sub optimal. Dari diskusi tersebut beberapa permasalahan yang sering dihadapi petani antara lain kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan pH tanah yang asam, kurangnya pengelolaan drainase tanah pada musim hujan sehingga banyak tanaman yang terkena busuk akar, kendala pada penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang ayam yang kurang baik untuk tanaman pepaya, dan petani belum bisa melakukan seleksi pohon untuk bunga betina dan hermafrodit.

Pelatihan budidaya pepaya pada lahan sub optimal basah dilakukan di Desa Parit, Kabupaten Ogan Ilir. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 62 orang yang terdiri dari petani pepaya, ibu-ibu PKK, pemuda Karangtaruna, dan pejabat desa. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi ini adalah pengenalan sistem surjan sebagai alternatif mengatasi genangan air pada budidaya pepaya lahan sub optimal basah. Di daerah ini akan ditanam 200 pohon pepaya pada lahan sub optimal basah. Petani mitra penelitian juga telah melakukan penyemaian sebanyak 500 pohon dengan umur tanaman 29 hari. Selain petani mitra penelitian, petani di daerah sekitar juga memiliki antusias yang tinggi terhadap pembudidayaan pepaya. Oleh karena itu, petani tersebut akan diberikan benih dan dijadikan sebagai petani untuk demplot kontrol penelitian sebanyak 100 pohon. Demplot kontrol ini akan dibuka di Desa Purnajaya.

Pelatihan Pengolahan Produk Turunan Pepaya
Salah satu alternatif mengatasi kelebihan pasokan pepaya segar ketika terjadi musim panen dan merosotnya harga pada musim panen adalah dengan melakukan pengolahan produk turunan pepaya. Pengolahan pepaya ini bisa meningkatkan nilai tambah produk sehingga produk masih dapat bernilai jual tinggi. Banyak petani pepaya menjual pepaya dalam kondisi segar. Pada saat ini sudah banyak dijumpai produk-produk turunan dari pepaya diantaranya adalah produk sari buah, dodol, produk kosmetik yang menggunakan ekstrak pepaya dan sebagainya. Pada program ini juga dilakukan pelatihan pengolahan pepaya tetapi dengan menggunakan teknologi sederhana. Harapannya petani maupun masyarakat dapat melakukan pengolahan pepaya sebagai salah satu usaha meningkatkan nilai tambah pepaya melalui teknologi yang sederhana dan mudah diaplikasikan.


Pelatihan pengolahan produk turunan pepaya ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 April 2013 bertempat di Desa Parit, Kabupaten Ogan Ilir bersamaan dengan pelatihan budidaya pepaya pada lahan sub optimal basah. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 62 orang yang terdiri dari petani pepaya, ibu-ibu PKK, pemuda Karangtaruna, dan pejabat desa. Materi yang disampaikan berupa sosialisasi mengenai aneka macam bentuk olahan buah-buahan dan demo pembuatan Gum Drop dari buah pepaya. Pelatihan ini dipandu langsung oleh Ir. Hisworo Ramdani, M.Si yang merupakan ahli pengolahan pangan dari PKHT IPB.

Diseminasi Pepaya Callina di Yogyakarta

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memberikan lisensi ke CV. Jogya Horti Lestari untuk produksi benih pepaya Calina, maka perlu dilakukan survey kelayakan lahan untuk produksi benih Calina. Survey yang dilakukan meliputi ada tidaknya pohon pepaya lain disekitar lahan produksi benih, melihat ciri-ciri dari pohon pepaya calina apakah sesuai dengan deskripsi pepaya Calina, jika ada pohon pepaya yang tidak sesuai dengan deskripsi disarankan untuk dibuang/tebang sehingga didalam satu populasi tersebut hanya ada pohon pepaya Calina. Selain itu, memperkenalkan cara budidaya dan produksi benih pepaya sesuai dengan SOP serta memberikan buku panduannya.

Kondisi pohon Calina dan lahan produksi benih pepaya Calina

Diseminasi Bibit Pepaya Hasil Pengembangan PKHT melalui Program IbIKK

Penyediaan Bahan Cetak

Pembuatan leaflet

Leaflet dibuat sebagai salah satu sarana bahan pendukung diseminasi varietas pepaya yang dikembangkan PKHT IPB. Leaflet ini sangat berguna pada saat pameran dan juga digunakan sebagai atribut pendukung saat diseminasi benih pepaya ke petani. Pada tahun 2012 sudah disusun leaflet tentang profil genotipe pepaya hasil pemuliaan PKHT IPB yang berisi tentang karakterisasi 4 genotipe pepaya yang siap untuk didiseminasikan dan uji coba produksi di lahan petani.

Pembuatan Modul Pelatihan

Modul pelatihan disusun sebagai bahan pegangan dan panduan bagi peserta saat melaksanakan pelatihan budidaya pepaya. Isi modul pelatihan lebih singkat dan padat namun lebih mudah dipahami oleh pengguna dibandingkan panduan singkat SOP pepaya dan terbagi dalam tiga bahasan yaitu: pembibitan, budidaya dan pascapanen.

Modul ini merupakan bentuk penyesuaian dan penyempurnaan dari modul pelatihan yang sudah disusun oleh PKHT pada tahun sebelumnya. Revisi untuk penyempurnaan modul pelatihan ini dilakukan pada tahun 2013. Penyempurnaan dilakukan terhadap beberapa bagian teknologi budidaya maupun pascapanen.

Revisi acuan Standar Operasional Produksi (SOP) Pepaya

Selama Program Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan, PKHT melakukan revisi dan penyempurnaan terhadap buku acuan Standar Operasional Produksi (SOP) Pepaya yang sudah diterbitkan oleh PKHT pada tahun 2009. Penyempurnaan ini dilakukan dalam hal tambahan paket teknologi yang berhasil diperoleh setelah tahun 2010. Begitu juga dilakukan penambahan gambar ilustrasi sehingga lebih memudahkan pembaca/petani untuk memahami petunjuk teknis yang ada pada setiap langkah pengerjaan teknis produksi pepaya.

Diseminasi Benih dan Paket Teknologi Budidaya Pepaya IPB

Pelatihan Agribisnis Pepaya IPB

Pelatihan sebagai bentuk sosialisasi SOP dan teknologi produksi pepaya IPB selama periode tahun 2012-2014, telah dilakukan selama tujuh kali pelatihan. Pelatihan dilakukan pada beberapa kelompok tani  dan mitra PKHT dari berbagai daerah sentra produksi pepaya di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Pada tahun 2012 telah dilakukan empat kali pelatihan, yaitu pada: 1) kelompok tani dari wilayah Kabupaten Banyumas Jawa Tengah,  2) Kelompok Tani D’Prima Cicurug Sukabumi Jawa Barat,  3) Petani Muda Indonesia Jawa Barat dan 4) Paguyuban Penangkar Bibit Kabupaten Garut. Pada tahun 2013 telah dilakukan dua kali pelatihan, yaitu: 1) pelatihan di kebun PTPN VIII Jawa Barat dan 2) Kelompok tani pepaya Gugah Nurani di Desa Nangerang Cicurug Sukabumi Jawa Barat.  Sedangkan pada tahun 2014, dilakukan satu kali pelatihan di kelompok tani Malangbong Garut Jawa Barat.

Pembinaan, Pendampingan dan Monitoring Terhadap Mitra Petani serta Pelaku Agribisnis Lainnya

Kegiatan pendampingan dan monitoring terus dilakukan terhadap petani dan pelaku agribisnis pepaya. Pendampingan serta monitoring sejak Maret 2012 sampai Desember 2014 sudah dilakukan ke petani atau mitra di beberapa sentra produksi pepaya di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jogyakarta. Pendampingan dan monitoring dilakukan pada kebun produksi buah dan produksi benih. Pada kegiatan pendampingan dan monitoring ini secara rutin team PKHT mengadakan kunjungan lapang secara langsung untuk mengetahui perkembangan kebun produksi buah maupun kebun produksi benih mitra petani. Begitu pula sebaliknya jika terdapat permasalahan di kebun, mitra petani datang untuk konsultasi ke kantor PKHT di Kampus IPB Baranangsiang.

Penyediaan Jasa Konsultasi dan Transfer Teknologi Produksi Pepaya Callina, Carisya dan Sukma.

Keberadaan media elektronik internet dimanfaatkan secara optimal sebagai sarana untuk penyebarluasan dan komunikasi antara tim ibikk PKHT dengan petani dan pengguna benih dan produk PKHT IPB. Penyebarluasan informasi dilakukan melalui website PKHT yang selalu up to date dan dapat diakses semaksimal mungkin oleh semua mitra PKHT.

Penyediaan jasa konsultasi dan transfer teknologi untuk mitra pengguna benih pepaya IPB dilakukan secara cuma-cuma atau gratis baik melalui email, sms, telepon maupun diskusi dengan tatap muka langsung di Information Center PKHT di Kampus IPB Baranangsiang.  Transfer teknologi dapat juga dilakukan melalui kunjungan lapang dan magang bagi mitra pengguna teknologi di Kebun Percobaan IPB.          

Pemutakhiran data website PKHT LPPM IPB

Website dikembangkan sebagai sarana informasi perkembangan dan kegiatan PKHT IPB. Berbagai informasi perkembangan komoditas pepaya dapat diunduh dalam website ini. Secara periodik berbagai informasi terus di mutakhirkan mengikuti perkembangan berbagai kegiatan yang dilakukan di PKHT terutama berbagai hal yang berkaitan dengan pepaya.

Diseminasi Bibit dan Teknologi Jeruk

Diseminasi bibit dan teknologi budidaya jeruk dilaksanakan dengan tujuan untuk mengenalkan jeruk berkulit jingga ke masyarakat sebagai langkah awal dalam upaya mengembangkan sentra produksi jeruk berkulit jingga.  Pada tahun ini, diseminasi difokuskan di Kabupaten Bogor mengingat ketersediaan bibit masih sedikit dan hanya untuk jenis jeruk Borneo Prima (BP) dan Garut dataran rendah (GDR).  Bibit jeruk yang didiseminasikan adalah bibit jeruk hasil perbanyakan secara okulasi yang telah berumur 6-12 bulan.

Jumlah bibit jeruk yang telah didiseminasikan adalah sebanyak 800 pohon dengan penerima bibit sebanyak 16 orang petani yang berlokasi di empat wilayah Kabupaten Bogor.  Jumlah petani dimasing-masing wilayah dapat dilihat pada tabel berikut :

Selain menerima bibit, petani mitra diseminasi juga mendapat kawalan teknologi berupa penyuluhan/pendampingan penerapan teknologi budidaya jeruk selama 6 bulan (Juli – Desember 2014).  Paket teknologi budidaya yang akan didiseminasikan meliputi teknik penanaman, pemupukan, pemangkasan, dan perawatan tanaman. Jadwal penyuluhan/pendampingan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman.  Sampai saat ini, telah dilakukan pendampingan untuk penanaman.  Seluruh bibit yang didiseminasikan telah ditanam oleh petani mitra dengan menerapkan SOP yang dikembangkan untuk jeruk.

Pendampingan petani mitra untuk penanaman bibit jeruk berkulit kuning jingga di beberapa lokasi di Kabupaten Bogor.

Penerapan Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lahan Gambut untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Sering, Kec. Kerinci, Kab. Pelalawan, Provinsi Riau

Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat petani di kawasan konsesi RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) telah berjalan selama dua tahun. PT. RAPP sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial turut berupaya meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat melalui pemberdayaan Desa Sering dan optimalisasi potensi lokal. Salah bentuk kepedulian tersebut adalah pengembangan tanaman hortikultura semusim dan tahunan di lahan Gambut.

Pengembangan tanaman hortikultura spesifik gambut di Desa Sering dilakukan dalam bentuk Demplot Area. Hasil pengembangan pilot demplot menjadi acuan para petani disekitar lokasi untuk mengembangkan lebih lanjut kegiatan budidaya dan agribisnisnya. Kegiatan praktek budidaya didampingi secara langsung oleh pihak CD RAPP dengan koordianasi dengan pihak PKHT IPB dan UNRI.

Sampai saat ini kegiatan teknis yang sudah dilakukan adalah (1). Evaluasi dan uji coba tanaman potensial hasil kajian tahun pertama. (2) Uji coba keberhasilan budidaya bawang merah dan penanaman papaya Calina (IPB 9) tahap II. (3). Evaluasi keberhasilan induksi pembungaan pada nenas, (4). Pelatihan dan pendampingan kegiatan budidaya tanaman papaya cabe, bawang merah dan papaya, (5). Menyusun draft budiadaya teknis (draft SOP spesifik lahan gambut) serta (6). Pengembangan kelembagaan kelompok Tani melalui pembentukan kelompok tani. Kegiatan budidaya dan uji coba keberhasilan penanaman tanaman semusim dan tahunan masih tetap berjalan, terutama tanaman Cabe , Papaya dan Bawang merah. Akibat kondisi kemarau yang berkepanjangan, beberapa tanaman seperti cabe dan bawang merah mengalami gagal panen dan gagal tumbuh secara optimal. Tanaman papaya, nenas relative masih dapat bertahan dalam kondisi air yang tidak tersedia.

Berdasarkan hasil kajian sementara menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan budidaya tanaman hortikultura di lahan gambut tergantung dengan musim. Budidaya tanaman hortikultura saat musim penghujan (2013-2014) relative berhasil dibandingkan saat musim kemarau panjang seperti saat ini (2015) tanaman sangat sulit tumbuh dengan baik, apalagi dengan ketersediaan air yang terbatas. Referensi Budidaya atau petunjuk budidaya tanaman di musim penghujan tidak dapat diterapkan sepenuhnya saat musim kemarau. Oleh karena itu pengkajian beberapa kesesuaian komoditi masih terus dilakukan untuk mendukung kegiatan pengembangan areal hortikultura lahan gambut di Desa Sering.

Pendampingan kegiatan budidaya tanaman hortikultura ini akan terus dilaksanakan sebagimana visi dan misi yang emban oleh pihak CD RAPP dengan bekerjasama dengan PKHT IPB untuk terus melakukan kajian perbaikan budidaya tanaman hortikultura spesifik lahan gambut. Sampai laporan Akhir tahun Pertama ini disampaikan, bahwa masih banyak kendala lapang terutama masalah kekeringan dan hal lain yang perlu dikaji kembali terutama akibat berbagai faktor pembatas. Namun demikian harapan selanjutnya PKHT IPB bersama – sama dengan pihak RAPP melalui bantuan program DIKTI IbW CSR ini terus melanjutkan kegiatan pendampingan dan kajian terutama menyangkut kegiatan pertanian hortikultura.

Kegiatan pengembangan hortikultura di lahan gambut ini juga secara tidak langsung berdampak pada berkurangnya resiko kebakaran lahan gambut. Hal ini terbukti pada dua tahun terakhir ini bahwa kawasan yang ditanami tanaman hortikultura di sekitar Desa Sering tidak terkena imbas kebakaran gambut, karena selalu termonitor akibat kegiatan budidaya hortikulura yang intensif. Oleh karena itu, pengembangan tanaman hortikultura di lahan gambut kedepannya tidak hanya dalam persepektif perubahan iklim (emisi karbon) dan meningkatkan taraf hidup secara langsung, akan tetapi dihadapkan pada upaya turut dalam pencegahan kebakaran lahan gambut.